10.06.2013 - Jendela Dunia
Headlines News :

Ditemukan Planet Tanpa Orbit Yang Menyendiri

Written By radde on 12 Oktober, 2013 | 09.57



Para astronom mengatakan, mereka telah menemukan planet penyendiri di luar tata surya. Planet itu mengambang sendirian di ruang dan tidak mengorbit ke bintang.

Merupakan planet gas yang dijuluki PSO J318.5-22, berjarak hanya 80 tahun cahaya dari Bumi dan memiliki massa yang hanya enam kali dari Jupiter, dan terbentuk 12 juta tahun lalu, planet ini dianggap sebagai bayi yang baru lahir.

"Kami belum pernah melihat obyek mengambang bebas dalam ruang yang terlihat seperti ini. Ia memiliki semua karakteristik planet muda, ditemukan di sekitar bintang lain, tetapi melayang di luar sana sendirian," kata ketua tim peneliti Michael Liu dari Institut Astronomi di Universitas Hawaii di Manoa.

"Saya sering bertanya-tanya apakah benda soliter itu ada, dan sekarang kita tahu yang mereka lakukan."

Para peneliti menerbitkan hasil studi mereka dalam Astrophysical Journal Letters, mengidentifikasi planet ini dari gerakan dan tanda panas yang unik menggunakan teleskop Pan-STARRS 1 di Gunung Haleakala, Hawaii.

AFP PHOTO/ N Metcalfe - Pan-STARRS 1 Science ConsortiumPlanet dijuluki PSO J318.5-22, menyendiri mengambang bebas tanpa orbit, berada dalam konstelasi Capricornus yang direkam teleskop Pan-STARRS 1 di Gunung Haleakala, Hawaii.

Mereka menyarankan planet yang baru ditemukan mungkin memiliki massa terendah dibanding semua benda mengambang bebas yang dikenal.

Teleskop lainnya di Hawaii menunjukkan bahwa planet ini memiliki sifat yang sama dengan gas raksasa yang mengorbit di sekitar bintang muda, tapi PSO J318.5-22 tidak memiliki bintang sebagai rumah.

Selama dekade terakhir, para peneliti telah menemukan sekitar seribu planet ekstrasolar menggunakan metode tidak langsung, termasuk planet yang menginduksi atau meredup dari bintang induknya.

Namun, hanya segelintir planet-planet itu yang telah diamati secara langsung karena sebagian besar mengorbit di sekitar bintang muda berusia kurang dari 200 juta tahun dan sangat terang.

"PSO J318.5-22 akan menghadirkan pemandangan indah planet gas raksasa yang tengah bekerja seperti Jupiter ketika baru lahir," kata penulis Niall Deacon dari Max Planck Institute for Astronomy di Jerman.
Sumber

Darah Kadal Ini Bukan Merah Tapi Hijau


Kalau ada kadal yang pantas disebut paling aneh, mungkin kadal itu adalah Prasinohaema. Berbeda dari kadal atau makhluk hidup lainnya, kadal ini punya darah berwarna hijau. Karakteristik kadal ini pertama kali dipublikasikan di jurnal Science pada tahun 1969.

Christopher Austin, biolog dari Lousiana State University, tertarik untuk mempelajari spesies kadal tersebut. Ia menjadikan riset tentang kadal itu sebagai riset doktoralnya di University of Texas.

Austin menemukan bahwa darah kadal spesies tersebut kaya akan senyawa biliverdin, salah satu molekul hasil pemecahan hemoglobin selain bilirubin.

Pada manusia, biliverdin dikeluarkan dari dalam tubuh lewat saluran pencernaan. Namun, pada kadal ini, biliverdin diakumulasi di dalam darah. Senyawa inilah yang menyebabkan darah, dan bahkan jaringan, tulang, dan lidah kadal ini punya warna hijau.

Meski penyebab warna hijau sudah terungkap, bukan berarti seluruh misteri kadal ini terungkap. Jika manusia mengakumulasi biliverdin, seperti orang yang mengalami gagal hati, maka akan terjadi jaundice atau bahkan kematian. Namun, kadal ini sehat-sehat saja.

Austin menduga bahwa akumulasi biliverdin dalam darah memang merupakan bentuk adaptasi agar Prasinohaema tahan dari serangan plasmodium yang menyebabkan malaria. Namun, hal itu belum bisa dipastikan.

Kini, Austin melakukan pekerjaan baru dengan mengurai genom kadal ini serta membandingkannya dengan kadal lain yang berdarah merah untuk melihat perubahan genetik yang mungkin menjawab pertanyaan tentang toleransi pada biliverdin dan resistensi dari plasmodium.
Sumber

Dua Persen Tanah Mars Mengandung Air



Hasil analisis senggenggam tanah dari permukaan planet Mars menyatakan sepersekian persen materialnya mengandung air. Analisis dilakukan di bagian perut robot milik Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), Curiosity, yang tengah menjelajah Mars.

Hasil penemuan ini diterbitkan dalam jurnal Science. Jurnal ini sendiri merupakan satu dari lima makalah dalam seksi khusus misi Curiosity selama di planet merah.

"Satu penemuan paling menggembirakan dari sampel solid yang didapat dari Curiosity adalah adanya presentase air dalam tanah," ujar Laurie Leshin, Dekan Sains dari Rensselaer Polytechnic Institute, yang juga pemimpin penelitian.

"Sekitar dua persen tanah di permukaan Mars tersusun atas air yang merupakan sumber daya luar biasa," demikian ditambahkannya. Sampel yang didapat Curiosity diketahui juga melepas karbon dioksida, oksigen, dan komponen belerang ketika dipanaskan.

Penemuan besar ini makin menegaskan bahwa planet tersebut memang memiliki, atau pernah ada, aliran air. Penelitian kali ini juga membuktikan peranan besar dari instrumen untuk memproses batu dan tanah di Curiosity yang dinamai Sample Analysis at Mars (SAM).

Dikatakan Paul Mahaffy, kepala penyelidik untuk SAM, dengan menggabungkan analisis air dari SAM, ditambah dengan data mineralogi, kimia, dan geologi, mereka memiliki data paling komprehensif yang pernah didapat dari permukaan Mars.

"Data ini meningkatkan pengetahuan kita mengenai proses permukaan dan aksi dari air di Mars," ujar Mahaffy.

Curiosity merupakan robot dengan teknologi tercanggih yang mendarat di Mars pada Agustus 2012, tepatnya di Kawah Gale. Penemuannya yang paling penting sebelum air di permukaan ini adalah analisis yang menunjukkan planet tersebut bisa menampung kehidupan.
Sumber

Langka ! Kodok Memakan Kalelawar


Yufani Olaya, seorang penjaga hutan Taman Nasional Cerros de Amotape, Peru, mengirimkan foto ini ke Phil Torres, biolog asal Peru, yang memublikasikan di blognya.

Torres menyebutkan, dokumentasi ini merupakan penampakan langka—dan kemungkinan yang pertama—dari sebuah katak puru sedang memakan kelelawar. Katak puru (Bufo marinus) merupakan hewan asli Amerika Selatan dan bisa tumbuh sampai berbobot dua kilogram. Katak ini merupakan pemangsa "yang sangat oportunis" dan membuat mereka menjadi momok meski di tempat-tempat yang bukan asal mereka, seperti Australia.

Meski demikian, Torres tetap tidak bisa membayangkan bagaimana seekor amfibi agresif seperti katak puru bisa menangkap kelelawar yang mobilitasnya tinggi. Untuk itu, ia menghubungi Olaya untuk mendapatkan informasi lebih detail terkait serangan tersebut.

Olaya mengatakan kepada Torres bahwa "tiba-tiba kelelawar itu terbang menuju mulut katak tersebut, yang tampaknya bagaikan sedang menunggu dengan mulut yang terbuka lebar". Torres menuliskan, "Dengan refleks seperti katak, katak puru ini bisa menangkap kelelawar yang tidak awas langsung dari udara saat ia terbang terlalu dekat ke tanah, dan tampaknya langsung ke mulut yang sedang menunggu."

Lalu, apakah katak tersebut akhirnya berhasil menelan sayap-sayap kelelawar itu ke mulutnya? Menurut Olaya, tidak. Katak itu akhirnya menyerah dan melepehkannya. Saat Olaya mengira bahwa kelelawar itu sudah mati, ternyata ia perlahan pulih dan mampu kembali terbang. "Saya yakin ia tidak akan melakukan kesalahan yang sama," ucapnya.

Don Wilson, kurator mamalia dari Smithsonian National Museum of Natural History, sepakat bahwa "sangatlah masuk akal" bagi seekor katak puru memakan kelelawar. Wilson menyebutkan, itu merupakan kelelawar free-tailed, jenis kelelawar yang kerap bertengger di atap dan terbang tinggi dan cepat.

Untuk kasus ini, kemungkinan kelelawar tersebut tersungkur saat ia sedang keluar atau masuk ke sangkarnya dan katak itu kebetulan ada di dekatnya. Wilson mengatakan, katak puru akan memakan apa pun yang bisa masuk ke mulutnya. "Jadi, mengambil kelelawar yang ada di dekatnya tidaklah mengejutkan."

Serangan aneh predator pemangsa apa lagi yang pernah Anda saksikan?
Sumber

Kematian Tidak Terungkap Selama 65 Tahun Yang Menjadi Misteri

Written By radde on 07 Oktober, 2013 | 11.24

Banyak kasus di dunia ini yang belum terungkap oleh para penyidik. Salah satu kasus yang masih menjadi misteri adalah "Somerton Man".


Pada 1 Desember 1948, sesosok mayat pria ditemukan di pantai Somerton, Adelaide, Australia. Polisi mengindikasi kemungkinan berumur 40-an. Kondisi mayat sangat lengkap, tak ada tanda-tanda kekerasan fisik, bukti pembunuhan, atau kemungkinan penyakit.

Namun, ditemukan beberapa keanehan. Tak ditemukan label (merk) pakaian, celana, sepatu. Pokoknya sangat polos. Catatan gigi juga tak ada kecocokan dengan data penduduk. Jadi pria ini tak diketahui identitasnya.

Satu keanehan yang menambah daftar misteri yakni, ditemukan kertas di dalam kantong rahasia celana pria tersebut berbunyi "Tamam Shud". Kalimat  berupa kode ini hanya bisa ditemukan pada bagian belakang buku The Rubaiyat of Omar Khayyam yang sudah sangat jarang.

Polisi pun memanggil pemecah kode profesional. Namun tak ada yang bisa mengurai artinya. Hingga saat ini kasus ini masih terbuka bagi kesatuan kriminal kepolisian Australia Selatan. Setelah 65 tahun, penyidik tetap mencari sebab kematian The Somerton Man.

Sumber:

oddycentral.

Alasan kenapa Mata Manusia Warnanya Berbeda Beda

Pernah mendengar gurauan "Sering-sering makan keju biar matanya biru" ? Apakah makanan berpengaruh pada warna mata? Tentu tidak, melainkan warisan genetik. Lantas, mengapa warnanya berbeda-beda?

Pada mata manusia terdapat bagian iris mata. Nah, iris mata terdiri dari beberapa lapisan antara lain lapisan depan dan lapisan  stroma yang merupakan bagian penting yang menentukan penampakan warna mata.


Warna mata manusia tergantung pada jumlah sel-sel melanosit  pada iris mata dan bagaimana persebarannya. Sel-sel melanosit ini akan menghasilkan melanin yaitu sejenis pigmen yang dapat ditemukan pada mata yang memberi warna pada iris mata tersebut.

Pigmentasi iris mata bervariasi dari cokelat terang sampai hitam tergantung dari jumlah melanin pada epitelium pigmen yang terletak di bagian belakang iris, jumlah melanin pada stroma, dan kepadatan sel di stroma.

Misalnya saja pada mata berwarna cokelat, terdapat melanosit dan melanosom yang melimpah di epitelium pigmen dan stroma. Sementara itu, pada iris mata yang berwarna biru, lapisan tersebut mengandung sedikit melanin.

Pada  warna mata biru, hijau, dan hazel terdapat hamburan Rayleigh pada cahaya di stroma. Hamburan Rayleigh sendiri dapat dipahami sebagai hamburan elastis cahaya atau radiasi elektromagnetik lainnya oleh partikel yang lebih kecil dari panjang gelombang cahaya.

Patut diingat, tidak ada pigmen berwarna biru atau hazel. Jadi,  warna mata merupakan warna struktural dan bervariasi tergantung pada kondisi cahaya, terutama untuk warna mata yang terang. Warna struktural sendiri dihasilkan dari permukaan struktur mikroskopis yang dapat mempengaruhi cahaya tampak yang kadang berkombinasi dengan pigmen.

Bingung? Lebih mudahnya, coba perhatikan  bulu pada ekor merak yang memiliki pigmen cokelat tetapi strukturnya membuatnya terlihat tampak berwarna biru, toska, hijau, atau warna-warni.

Sumber:
sains.

Sains

More on this category »

Pemilu 2014

More on this category »
 
Contact Us : Disclaimer | Advertise With Us
Copyright © 2013 Jendela Dunia - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger