Jendela Dunia
Headlines News :

Latest Post

Di Temukan Anggrek Bercula Di Kalimantan

Written By radde on 03 Maret, 2013 | 07.32

Malleola inflata
Satu lagi kekayaan alam Kalimantan kembali diungkap. Destario peneliti dari Kebun raya Purwodadi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menemukan spesies baru anggrek yang berhabitat asli di Kalimantan Barat.

"Salah satu keunikan jenis baru ini yaitu tonjolan kalus berukuran cukup besar yang menyeruak dari bibir bunganya sehingga tampak menyerupai cula," kata Rio

Spesies ini ditemukan lewat proses pembelajaran dari spesimen hidup yang ditanam di Kebun Raya Purwodadi. Anggrek bercula ini dikoleksi pertama kali dari wilayah Kalimantan Barat pada tahun 2006. Lewat observasi pada setiap pertumbuhan dan perbungaan, Rio menyadari kebaruan jenis ini.

Spesies baru ini resminya dinamai Malleola inflata . Nama spesies inflata diambil dari bentuk bagian bibir bunganya yang menggembung, menyerupai guci. Anggrek ini adalah anggrek epifit yang batangnya bisa tumbuh hingga ukuran 11 cm.

Kuntum bunga anggrek bercual ini tergolong kecil. Tinggi sekitar 8-9 mm dan lebar 6-7,5 cm. Kuntum bunga berwarna krem cerah. Sementara, pada sepal petalnya, terdapat motif garis yang berwarna jingga.

Menurut Rio, anggrek ini memiliki kekerabatan dekat dengan jenis Malleola punctata dan Malleola aberrans. Perbedaannya ada pada bentuk bibir bunga yang menggembung dan kalus "cula" di bagian pangkal cuping tengah bibir bunga.

Hingga kini, belum diketahui fungsi cula pada anggrek spesies baru ini. Rio mengungkapkan, "cula diduga sebagai pengarah bagi probosis serangga yang akan menghisap cairan nektar di dalam struktur bibir bunga."

Malleola inflata berhabitat di dataran rendah dengan ketinggian 300-700 meter dpl, antara suhu 26-28 derajat Celsius.. Tanaman ini bisa berbunga sepanjang tahun. Penemuan bunga ini dipublikasikan di Malesian Orcid Journal edisi Februari 2013.
Sumber

Ditemukan Pecahan Benua Purba Yang Hilang

Daratan di Bumi dahulu pernah tergabung dalam benua purba bernama Rodinia. Kini, ilmuwan menemukan pecahan benua purba yang hilang tersebut.
Sampai 750 juta tahun yang lalu, daratan di Bumi hanya terdiri dari satu benua sangat besar yang bernama Rodinia.

Benua itu mengalami pergeseran dan pergerakan terus-menerus sampai menjadi benua modern seperti sekarang ini. Salah satu penyebab terjadinya "perpecahan" benua adalah peristiwa letusan gunung berapi yang terjadi 9 juta tahun lalu.

Salah satu kondisi yang bisa menggambarkan keadaan saat itu adalah jarak India dan Madagaskar. Saat itu, India adalah tetangga Madagaskar. Berbeda dengan saat ini, keduanya terpisah ribuan kilometer.

Baru-baru ini, peneliti dari University of Oslo berhasil menemukan bukti keberadaan benua purba tersebut. Mereka menemukan bukti keberadaan semenanjung Mauritia yang menghubungkan daratan India dengan daratan Mauritius di masa lampau.

Tim peneliti yang diketuai Prof Trond Torsvik dari University of Oslo, Norwegia, menemukannya berdasarkan hasil analisis kandungan material dari sampel butiran pasir yang diambil dari pantai di Mauritius.

"Dari ekstraksi sampel pasir pantai yang kami miliki, kami menemukan kandungan zircon. Kandungan ini adalah sesuatu yang hanya ditemukan pada kerak benua. Kandungan ini menunjukkan usia yang sangat tua," kata Torsvik

Kandungan zircon berusia antara 1.970 dan 600 juta tahun. Tim berpendapat, kandungan ini merupakan ciri keberadaan daratan purba yang terangkat ke permukaan karena ledakan gunung berapi.

Dengan adanya temuan ini, Torsvik percaya kalau potongan daratan Mauritia berada kira-kira 10 km di bawah permukaan Mauritius dan di dasar Samudra Hindia. Ia juga meyakini bahwa masih ada benua purba "pecahan" yang masih bertahan sampai saat ini.

"Seychelles tersusun dari batuan granit, yang ada di kerak bumi, yang saat ini dapat ditemukan di tengah-tengah Samudra Hindia," ungkap Torsvik.

"Pada masa lalu, Ia terletak di atas Madagaskar, dan mungkin ukurannya jauh lebih besar. Masih banyak lagi pecahan-pecahan dunia purba yang bisa kita temukan," tambahnya.

"Kami membutuhkan data seismik yang dapat menggambarkan mengenai struktur (dari benua purba), yang akan menjadi bukti paling kuat. Anda bisa saja menggalinya dari dasar Bumi, tapi biayanya akan sangat besar," urai Torsvik lagi.

Ia juga menambahkan bahwa masih diperlukan lebih banyak kajian untuk menggali informasi mengenai apa yang tersisa dari benua yang hilang ini.
Sumber

Terungkapnya Meteorit Raksasa Baru Di Ekspedisi Antartika

Meteorit ditemukan di Antartika pada 28 Februari 2013. Meteorit ini merupakan kelima terbesar yang pernah ditemukan.
Batu luar angkasa ditemukan di Antartika. Ukuran batu meteorit tersebut cukup besar. Beratnya mencapai 18 kg.

Tim ilmuwan dari Belgia dan Jepang menemukan meteorit itu saat menjelajahi wilayah dataran tinggi di bagian timur Antartika. Identifikasi awal yang dilakukan menunjukkan bahwa meteorit itu ialah jenis chondrite, jenis meteorit paling umum yang ditemukan.

"Ini adalah meteorit terbesar yang ditemukan di Antartika timur dalam 25 tahun terakhir," kata Vinciane Debaille, geolog dari Universitas Brussels.

"Ini sesuatu yang sangat istimewa. Ketika kau menemukan meteorit di Bumi, ukuran sebenarnya jauh lebih besar saat masih di antariksa," tambahnya

Setiap tahun, banyak ilmuwan mencari meteorit di Antartika. Lingkungan bersalju, dingin, dan ikllim kering membantu mengawetkan batuan antariksa itu.

Ekspedisi Debaille sendiri berhasil menemukan 425 meteorit dalam 40 hari. Total berat meteorit yang berhasil dikumpulkan mencapai 75 kg. Menurut Debaille, timnya mungkin menemukan meteorit Mars dan meteorit pecahan asteroid Vesta.
Sumber

Ayo Siapa Yang Mau Bulan Madu Di Mars

Ilustrasi kapsul Inspiration Mars Foundation yang akan membawa suami istri ke Mars tahun 2018.
Miliuner Amerika Serikat, Dennis Tito, membuka kesempatan pada pasangan suami istri untuk pergi ke Mars. Ia mengumumkan misi itu pada Rabu (27/2/2013) dalam konferensi pers peluncuran organisasi barunya, Inspiration Mars Foundation.

Misi ke Mars bagi suami istri itu akan ditempuh selama 501 hari, pulang pergi dari Bumi ke Mars. Misi ini tak bertujuan memasuki atmosfer ataupun mendarat di permukaan Mars, hanya melewati dari jarak yang sangat dekat saja. Menurut Tito, rencana mengirim suami istri adalah rencana sempurna. Bersama pasangannya, manusia yang menjalani misi tersebut secara sukarela takkan merasa kesepian. Selama 501 hari, pulang pergi ke Mars mungkin bakal terasa seperti bulan madu.

"Jika kau ada di tempat jauh dan Bumi terlihat kecil, hanya titik biru, kau akan butuh seseorang untuk dipeluk. Bukankah ini solusi lebih baik dari masalah psikologis yang mungkin dihadapi dalam isolasi?" kata Tito

Misi pengiriman suami istri ke Mars ini akan dimulai tahun 2018. Ada beberapa tantangan memang. Namun, diskusi Tito dengan Paragon Space Development Corporation dan pakar medis dari Baylor College of Medicine menyatakan bahwa misi mungkin dilakukan. Kajian untuk menyatakan misi ini mungkin dilakukan dengan penggunaan kapsul buatan SpaceX. Nantinya, masih perlu dipikirkan bagaimana mendukung kehidupan selama misi, termasuk perlindungan awak dari radiasi.

Tak seperti misi lain yang menarik biaya, misi ini gratis. Kesempatan diberikan bagi pihak yang tertarik dan terpilih. Inspiration Mars Foundation didirikan dengan uang Tito sendiri. Biaya lain yang dibutuhkan dalam misi akan didapatkan dari donor.

Tito mengatakan, "Ini misi dermawan. Saat misi ini selesai, saya takkan berakhir dengan sebuah perusahaan. Saya akan menjadi lebih miskin." Bagaimana? Ada yang tertarik mengikuti perjalanan berdua ke Mars?

Selain seorang miliuner, Tito juga turis antariksa pertama. Tahun 2001, ia membayar badan antariksa Rusia sebesar 20 juta dollar AS untuk terbang ke International Space Station dengan pesawat Soyuz. Ia berwisata selama 8 hari di antariksa.
Sumber

Planet Mars Sudah Bisa Di Huni ?

Mars pada masa lalu berwarna kebiruan seperti Bumi.
Planet Mars saat ini memungkinkan untuk dihuni. Pernyataan itu diungkapkan para peneliti bidang astrobiologi yang menghadiri konferensi The Present-Day Habitability of Mars yang diprakarsai oleh NASA Astrobiology Institute bersama UK Centre for Astrobology pada 4 -5 Februari lalu di University of California Los Angeles.

Pada konferensi ini, dipresentasikan berbagai hasil penelitian yang berkaitan dengan kemungkinan menempati Planet Mars sebagai habitat baru. Berbagai bukti dan fakta hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi Planet Mars saat ini memungkinkan untuk ditinggali.

"Kita tidak mungkin dapat mengabaikan kemungkinan bahwa saat ini Mars memungkinkan untuk ditempati," ujar Alfred McEwen dari University of Arizona, yang juga investigator kepala untuk kamera HiRise pada wahana Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA

McEwen menyebutkan, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan HiRise, ada 16 lokasi lereng yang teridentifikasi mengalirkan brine water (air yang mengandung garam) di kompleks ngarai Valles Marineris di planet merah itu.

Teknisi Caltech, Edwin Kite, menambahkan adanya kemungkinan terjadinya proses deliquescence yang ikut "bertanggung jawab" pada munculnya cairan di permukaan Mars. Proses deluquescene yang dimaksud adalah proses ketika uap air yang ada di atmosfer dikumpulkan oleh senyawa tertentu yang ada di daratan, yang mengubah uap air itu menjadi cairan.

Namun, temuan McEwen ini masih perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui apakah air garam yang ditemukan bisa ditempati oleh mikroba, baik mikroba yang berasal dari Mars maupun Bumi.

Fakta lain yang mendukung adalah adalah jenis-jenis mikroba yang mampu hidup pada lingkungan ekstrem yang menyerupai kondisi di Mars. Adalah Chris McKay dari Ames Research Center NASA di Moffett Field, California, yang memberikan contoh yang mendukung hal tersebut.

Ia mencontohkan keberadaan mikroba yang hidup di Gurun Atacama, Amerika Selatan, dan lereng kering di Antartika, yang mampu hidup pada kondisi ekstrem dingin dan kering. Mikroorganisme di kedua tempat tersebut mengembangkan mekanisme tertentu untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Organisme yang hidup di lereng kering di Antartika beradaptasi dengan menggali ke dalam batuan, tidak terlalu dalam, tetapi cukup untuk melindunginya dari sinar UV dan tetap memungkinkan untuk melakukan fotosintesis.

McKay juga mendukung fenomena delisquence. Ia menemukan fenomena yang sama terjadi di Gurun Atacama. Di gurun tersebut, garam-garam yang ada di permukaan tanah mengumpulkan uap air sampai terbentuk aliran air yang cukup untuk menyokong kehidupan di gurun tersebut. Karenanya, ia menyarankan pada teknisi yang bekerja di proyek Mars rover Curiosity NASA agar memberikan perhatian khusus pada garam yang mungkin ditemukan dalam penjelajahannya.

Alasan lain yang mendukung kemungkinan Mars dapat ditinggali adalah adanya sumber energi alternatif yang bisa dimanfaatkan. Sumber energi alternatif yang dimaksud adalah senyawa perklorat.

Careol Stoker, pakar dari NASA Ames, mengatakan, perklorat dapat digunakan sebagai sumber energi potensial untuk mikroba kemoautotrof. Ia menekankan bahwa senyawa kimia itu bisa digunakan sebagai sumber energi untuk kelanjutan hidup mikroba yang hidup di bawah permukaan Mars yang gelap saat fotosintesis tidak mungkin dilakukan. Kemoautrotof adalah kelompok mikroba yang menggunakan senyawa kimia untuk menyusun makanannya.

Stoker menambahkan, beberapa jenis mikroba di Bumi juga menggunakan perklorat sebagai makanan mereka.

Sumber

Warna Asli Planet Mars Adalah Abu Abu


Selama ini manusia sering kali beranggapan warna Mars adalah merah karena tampak merah dilihat dari Bumi. Namun, anggapan itu ternyata tak sepenuhnya benar.

Warna merah Mars ternyata hanya sebatas permukaan saja. Fakta ini terungkap dari hasil pengeboran batuan Mars yang dilakukan oleh robot penjelajah Mars milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Curiosity.

Serbuk batu hasil pengeboran batuan dasar Mars yang dilakukan Curiosity mengungkapkan warna planet tersebut di bawah permukaan adalah abu-abu.

"Kami mulai melihat adanya warna baru dari Mars saat ini. Hal ini menarik perhatian kami," ujar Joel Hurowitz, peneliti sistem sampling Curiosity di Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA di Pasadena, California

Peneliti berpendapat, warna merah diakibatkan oleh kandungan besi pada debu Mars yang mengalami oksidasi atau perkaratan.

Pengeboran memungkinkan ilmuwan mendapatkan debu dengan kandungan besi yang belum mengalami oksidasi. Penyimpanan dalam wadah yang terpasang di wahana antariksa Curiosity mencegah proses oksidasi tersebut.

Sebagaimana diketahui, Curiosity berhasil mengebor batu bernama John Klein untuk kali pertama, pada 8 Februari 2013 lalu.

Pengeboran hingga kedalaman 6,4 cm dibuktikan dengan citra yang dirilis NASA pada Rabu lalu. Analisis serbuk batu nantinya diharapkan dapat menguak kandungan debu Mars serta misteri lingkungan basah Mars pada masa lalu.
Sumber

Foto Pertama Kelahiran Planet Alien

Foto kelahiran bayi planet seperti didapatkan teleskop antariksa Hubble (kiri) dan instrumen optik NACO di Very Large Telescope (kanan)
Kelahiran planet alien alias planet ekstrasolar berhasil diabadikan untuk pertama kalinya. Astronom berhasil mengabadikannya dengan Very Large Telescope di European Southern Observatory, Cile.

Foto menunjukkan gumpalan di sekitar piringan gas dan debu, di sekitar bintang HD 100546. Menurut astronom, gumpalan tersebut merupakan bayi planet gas raksasa, jenis planet seperti Jupiter yang merupakan terbesar di tata surya.

"Sejauh ini, pembentukan planet merupakan sesuatu yang biasa ditangani dengan simulasi komputer saja," kata Sascha Quanz, astronom dari ETH Zurich di Swiss, yang memimpin proyek ini

"Jika penemuan ini memang planet yang sedang terbentuk, untuk pertama kali, ilmuwan bisa mempelajari bagaimana proses pembentukan planet serta interaksi planet yang sedang terbentuk dengan lingkungannya," tambahnya.

Bintang HD 10546, yang berada pada jarak 335 tahun cahaya dari Bumi, diketahui telah memiliki sebuah planet, berjarak 6 kali jarak Bumi-Matahari dari bintangnya. Sementara planet yang baru terbentuk ini punya jarak 10 kali lebih jauh dibandingkan saudaranya.

Foto menunjukkan bahwa proses pembentukan planet serupa dengan gambaran para astronom. Bintang terbentuk di awan gas dan debu. Setelahnya, material sisanya mengorbit bintang. Material ini yang berpotensi terbentuk menjadi planet.

Foto menunjukkan adanya struktur di piringan yang mengelilingi bintang, diduga terbentuk akibat interaksi material dengan planet yang sedang terbentuk. Data menunjukkan, gumpalan planet mengalami pemanasan, persis seperti hipotesis proses pembentukan planet.

Gambaran pembentukan planet pertama ini bisa didapatkan berkat instrumen optik NACO di Very Large Telescope. Instrumen menggunakan koronagraf spesial yang mengobservasi langit berbasis inframerah serta mampu menyaring terang cahaya bintang.

Observasi planet ekstrasolar merupakan wilayah astronomi yang kini berkembang. Sementara pencitraan proses kelahiran planet sendiri masih sangat baru. Hasil riset ini dipublikasikan di Astrophysical Journal, Kamis kemarin.
Sumber

Sains

More on this category »

Pemilu 2014

More on this category »
 
Contact Us : Disclaimer | Advertise With Us
Copyright © 2013 Jendela Dunia - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger