Steve Jobs adalah mahasiswa gagal. Dia tidak pernah menyelesaikan kuliahnya. Namun meski mengalami masa-masa susah kala memutuskan drop out, Jobs menyatakan keluar dari kuliah adalah salah satu keputusan terbaiknya.
Tahun 1972, Jobs masuk kuliah di Reed College di Portland, Oregon. Dia memutuskan drop out setelah baru 6 bulan kuliah. Jobs merasa tidak cocok dan tidak mau menghamburkan uang orang tua untuk ongkos kuliah.
"Aku secara naif memilih universitas yang ongkosnya hampir semahal Stanford dan semua tabungan orang tua dihabiskan untuk biayanya. Setelah 6 bulan, aku tak bisa melihat manfaatnya. Aku tak punya ide apa yang ingin kulakukan dengan hidupku dan bagaimana universitas akan membantu menemukannya. Aku menghabiskan semua uang yang ditabung orang tua selama hidup mereka," kata Jobs dalam pidato upacara wisuda di Stanford University tahun 2005.
"Jadi aku putuskan drop out dan percaya semuanya akan baik-baik saja. Cukup menakutkan waktu itu, namun ketika melihat ke belakang itu adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah kubuat," ucapnya seperti detikINET kutip dari Washington Post, Kamis (6/10/2011).
Masa-masa Susah
Jobs mengenang bahwa sesudah drop out adalah masa-masa susah. Jobs terpaksa menggelandang karena tak punya kamar. Ia tidur di lantai kos temannya. Dia menjual botol minuman untuk mendapat uang agar bisa makan. Namun Jobs mengaku menikmatinya.
Dia juga mengambil kelas seni kaligrafi untuk mengasah intuisinya dalam masa-masa awal drop out. Jobs mengaku pelajaran itu membantunya mendesain susunan tipografi di komputer Mac.
Sesudah DO, perjalanan hidup Jobs berliku-liku. Dia pernah ditendang dari Apple pada tahun 1984. Padahal, Apple adalah perusahaan yang didirikannya bersama Steve Wozniak. Namun ia kembali sukses dengan menjadikan studio film Pixar bertaji di industri film animasi. Dia kembali pada Apple tahun 1997, lalu menjadikannya begitu jaya.
Ya, meski berstatus mahasiswa DO dan berulangkali ditimpa kesulitan, Jobs akhirnya sukses besar. Ia merevolusi dunia teknologi dengan kehadiran iPod, iPhone dan tentunya iPad. Produk-produk tersebut laku keras dan memaksa kompetitor bekerja keras melawan sepak terjang Apple.
Inilah nasehatnya untuk para lulusan Stanford pada akhir pidatonya tersebut:
"Waktu Anda terbatas, jangan sia-siakan untuk menjalani kehidupan seperti orang lain. Jangan terjebak pada dogma, yang adalah hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan opini orang lain menenggelamkan suara di dalam Anda. Yang paling penting, beranilah mengikuti hati dan intuisimu yang entah bagaimana sudah tahu sesungguhnya Anda ingin menjadi apa,"
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung !
Silakan berkomentar dengan kata kata yang baik dan jangan spam