Pendekar Asli Indonesia Antara Fiksi Dan Non Fiksi - Jendela Dunia
Headlines News :
Home » » Pendekar Asli Indonesia Antara Fiksi Dan Non Fiksi

Pendekar Asli Indonesia Antara Fiksi Dan Non Fiksi

Written By radde on 12 Juni, 2011 | 14.58

Pendekar Pendekar Asli
Indonesia antara kisah
nyata dan mitos kalau jaman
sekarang preman mungkin
ya ? atau beda..? - Anda
pastinya sering mendengar nama nama si pitung,
sangkuriang, jaka tarub, joko
tingkir dan lain sebagainya,
bahkan di televisi suka ada
film dan sinetronnya yang
mengangkat nama nama Pendekar atau jagoan
tersebut, di bawah ini adalah
nama nama pendekar asli
indonesia :

Pitung adalah salah satu
pendekar orang asli
Indonesia berasal dari
daerah betawi yang berasal
dari kampung Rawabelong
Jakarta Barat. Pitung dididik oleh kedua orang tuanya
berharap menjadi orang
saleh taat agama. Ayahnya
Bang Piun dan Ibunya Mpok
Pinah menitipkan si Pitung
untuk belajar mengaji dan mempelajari bahasa Arab
kepada Haji Naipin. Setelah
dewasa si Pitung melakukan
gerakan bersama teman-
temannya karena ia tidak
tega melihat rakyat-rakyat yang miskin. Untuk itu ia
bergerilya untuk merampas
dan merampok harta-harta
masyarakat yang hasil
rampasannya ini dibagikan
kepada rakyat miskin yang memerlukannya. Selain itu
Pitung suka membela
kebenaran dimana kalau
bertemu dengan para
perampas demi
kepentingannya sendiri maka sama si Pitung akan dilawan
dan dari semua lawannya
Pitung selalu unggul.

Gerakan Pitung semakin
meluar dan akhirnya kompeni
Belanda yang saat itu
memegang kekuasan di
negeri Indonesia melakukan
tindakan terhadap si Pitung. Pemimpin polisi Belanda
mengerahkan pasukannya
untuk menangkap si Pitung,
namun berkali-kali serangan
tersebut tidak menghasilkan
apa-apa. Pitung selalu lolos dan tidak mudah untuk
ditangkap oleh pasukan
Belanda. Ditambah-tambah
si Pitung mempunyai ilmu
kebal terhadap senjata
tajam dan sejata api. Kompeni Belanda pun tidak
kehilangan akal, pemimpin
pasukan Belanda mencari
guru si Pitung yaitu Haji
Naipin. Disandera dan
ditodongkan sejata ke arah Haji Naipin agar memberikan
cara melemahkan kesaktian
si Pitung, akhirnya Haji Naipin
menyerah dan memberitahu
kelemahan-kelemahan si
Pitung.

Pada suatu saat, Belanda
mengetahui keberadaan si
Pitung dan langsung
menyergap dan menyerang
secara tiba-tiba. Pitung
mengadakan perlawan, dan akhirnya si Pitung tewas
karena kompeni Belanda
sudah mengetahui
kelemahan si Pitung dari
gurunya Haji Naipin.

Joko Tingkir dari Lamongan
Joko Tingkir mempelajari ilmu
sakti dari Ki Buyut
Banyubiru. Ia mempelajari
ilmu sakti tersebut karena
ingin menebus pengampunan
karena ia telah membunuh Dadungawuk sodara dari
Sultan Demak. Ki Buyut
Banyubiru memberikan
pelajaran-pelajaran ilmu
saktinya di Gunung Lawu.
Salah satunya adalah dengan merendam diri dalam
sungai yang dingin, dengan
tujuan dapat mengendalikan
hawa nafsu.

Setelah beberapa bulan
lamanya Joko Tingkir
menimba ilmu, Ki Buyut
Banyubiru sudah
memperbolehkan agar Joko
Tingkir untuk menemui Sultan Demak untuk
meminta pengampunan atas
yang pernah dilakukannya
yaitu membunuh
Dadungawuk. Didalam
perjalanannya menuju tempat Sultan Demak, Joko
Tingkir banyak menghadapi
binatang-binatang buas
yang menghadangnya, salah
satunya adalah menaklukan
raja buaya dan gerombolannya.

Sesampai di desa Sultan
Demak, kebetulan di desa
tersebut sedang terjadinya
banteng buas yang
mengamuk dan memporak
pondakan seisi desa, pada saat itu juga Joko Tingkir
bertemu dengan Sultan
Demak untuk meminta
pengampunan dengan
persyaratan harus dapat
melawan banteng buas tersebut, Sultan Demak
menyetujuinya. Akhirnya
Joko Tingkir berhasil
melawan banteng buas itu
dengan sebuah pukulan ke
kepala banteng, mental dan pecah akhirnya banteng
tersebut tersungkur mati.

Prajurit didesa itu terkagum
dengan aksinya Joko Tingkir
yang telah menghadapi
banteng buas dengan tegar
dan mengalahkannya. Sultan
Demak mengampuni perbuatan Joko Tingkir
tempo hari dan
memaafkannya. Kemudian
Joko Tingkir diangkat
sebagai pempimpin laskar
tamtama, dan akhirnya menjadi menantu dari Sultan
Demak.

Jaka Tarub
Disuatu desa pedalaman di
Indonesia, hidup seorang
janda dan seorang anak
yang bernama Jaka di dusun
Tarub. Semasa kecilnya ia
suka bermain dengan kebiasaanya yaitu
menyumpit burung. Sampai
dewasa pun sumpit nya
selalu dibawa-bawa
kemanapun. Pada suatu hati
Jaka Tarub sedang berjalan ditengah hutan dan melihat
burung-burung dan Jaka
Tarub menyumpitnya tapi
tidak mengena. Burung-
butung itu berterbangan dan
dikejar oleh Jaka Tarub. Padahal hutan yang
dilaluinya ini adalah hutan
yang angker sekali.
Dikesibukan mengejar
burung, Jaka Tarub
mendengar suara beberapa wanita yang sedang mandi di
sebuah air terjun kecil. Jaka
Tarub mengintai dan
mengintip dari balik semak-
semak belukar. Dan melihat
ada sebuah selendang didekatnya dan diambilnya
oleh Jaka Tarub.

Ternyata wanita-wanita
yang sedang bermandikan
itu adalah kumpulan bidadari
yang turun dari kahyangan.
Salah satu bidadari
menyadai kalau Jaka Tarub mengintip mereka yang
sedang mandi, akhirnya
semua bidadari disitu panik
dan terbang kembali ke
kahyangan. Kecuali satu
bidadari kebingungan mencari selendangnya yang di ambil
oleh Jaka Tarub. Lalu si
bidadari dan Jaka Tarub
saling menyapa. Bidadari ikut
dengan Jaka Tarub ke
desanya, lalu mereka berdua hidup bersama sampai
mempunyai 1 anak. Selama
hidupnya Jaka Tarub walau
kerjanya hanya tidur-tidur
saja tapi hasil pangannya
melimpah karena keajaiban dari bidadari. Lumbung pada
penuh, masakan cepat
tersaji banyak.

Pada suatu saat Jaka
Tarub tak sengaja
melanggar janji yang
diberikan oleh bidadarinya
yaitu tidak boleh membuka
hidangan sebelum matang betul. Akhirnya keajaiban
sang bidadari hilang. Dan
mereka kembali harus
bekerjakeras setiap harinya.
Suatu hari si bidadari
menemukan selendangnya yang disimpang oleh Jaka
Tarub, akhirnya perpisahan
pun terjadi, bidadari kembali
pergi kekayangan
meninggalkan Jaka Tarub
beserta anaknya.

ARYA PENANGSANG
Pada saat kerjaan Pajang
mencapai kejayaan di wilayah
pesisir dan wilayah timur
dengan masa pemerintahan
Sultan Adiwijaya, semua
rakyat dan para penguasa tunduk dan nurut
kepadanya, hanya ada satu
orang yang tidak mau
tunduk yaitu Adipati Jipang
yang bernama Arya
Panangsang. Sultan Adiwijaya bersikeras untuk
menundukan Arya
Panangsang, lalu
mengumpulkan para
penasehat raja-raja
berunding untuk menundukan Arya Panangsang. Hasil
rundingan diputuskan untuk
diumumkan di masyarakat
umum "Barang siapa yang
dapat mengalahkan Arya
Panangsang dari Jipang akan diberikan hadiah dan
harta kekayaan". Namun
strategi ini gagal dilakukan.

Strategi selanutnya adalah,
dengan mengirim pesan
kepada Arya Panangsang
melalui tukang kebunnya
yang diiris kupingnya. Arya
Pangsang marah dan memutuskan untuk melawan
Sulta Adiwijaya. Karena
tidak sabaran maka Arya
Panangsang pergi duluan,
setibanya di sungai
Bengawan ternyata sudah banyak pasukan Sultan
Adiwijaya yang sudah lama
menantinya. Dengan gigih
Arya Panangsang dengan
menggunakan tombak
saktinya dapat merobohkan banyak pasukan. Akan
tetapi disela perperangan
Arya Panangsang
mendapatkan luka dibagian
perutnya yang sobek
sehingga ususnya sampai keluar, oleh Arya
Panangsang ususnya di
lilitkan di kerisnya dan
melanjutkan peperangan
tersebut. Betapa gigih dan
pemberaninya Arya Panangsang.

Karena peperangan
tersebut tidak seimbang
karena banyaknya pasukan
sedangkan Arya
Panangsang hanya seorang
diri, luncurlah sebuah tombak menancap di dadanya Arya
Panangsang, dan sewaktu
Arya Panangsang ingin
membalas dengan kerisnya,
ia lupa bahwa ususnya ia
lilitkan dikeris, akhirnya keris dicabut dan ususnya Arya
Panangsang terputus-putus
yang mengakibatkan Arya
Panangsang tewas.

SANGKURIANG
Sangkuriang lahir dari
kehidupan para siluman yang
berkehidupan bersama
dengan manusia, pada waktu
itu masa kejayaan Kerajaan
Parahyangan dengan seorang raja Prabu Sungging
Prabangkara. Sangkuriang
tumbuh di hutan belantara
yang dibesarkan oleh Sang
Petapa yang sudah tua, ia
banyak belajar ilmu-ilmu kesaktian dan sering
melakukan pertapaan.
Beranjak dewasa
Sangkuriang menjadi pemuda
yang gagah perkasa, sakti
mandraguna dan tampan.

Diawali dari sebuah kisah, ia
sedang berkelana dan pada
sebuah hutan ia menolong
seorang wanita yang sedang
terancam jiwanya oleh
seekor badak besar yang ganas siap menerjang,
dengan gerak cepat
Sangkuriang menolong
wanita itu dari marabahaya
menggunakan kesaktiannya.
Tanpa disadari Sangkuriang terpesona terhadap wanita
ini dan ternyata wanita
tersebut adalah ibu
kandungnya. Sangkuriang
ingin meminang wanita itu,
akan tetapi wanita tersebut berkeberatan
karana Sangkuriang adalah
anak kandungnya, supaya
tidak terlaksana maka
wanita tersebut memberi
persyaratan untuk bisa meminangnya yaitu dengan
membuat sebuah danau dan
perahu besar dalam satu
malam saja, akhirnya
Sangkuriang
menyanggupinya dan gagal.

Perahu yang setengah jadi
itu ditendangnya oleh
Sangkuriang dan lama
kelamaan berubah menjadi
gunung merapi yang
sekarang disebut gunung Tangkuban Perahu.
Sangkuriang memohon
permintaan ampun kepada
sang Dewata atas semua
perbuatannya ini.

JOKO TOLE
Seorang raja beranama Sri
Baginda Brawijaya,
memerintahkan kepada
Empu Keleng untuk
dibuatkannya pintu gerbang
besi yang besar dan megah. Dan sudah satu tahunan
Empu Keleng beserta
temannya yang lain sudah
mengerjakannya akan tetapi
belum rampung juga pintu
gerbang besinya. Tenaga semakin berkurang dan Empu
Keleng jatuh sakit dan tidak
bisa melanjutkan
perkerjaanya menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Sri
Baginda Brawijaya. Lalu Empu Keleng mengirim berita
kepada anak angkatnya
yang bernama Jaka Tole. Ia
segera menyusul Empu
Keleng di Majapahit. Didalam perjalanan melewati
beberapa desa, Jaka Tole
bertemu dengan seseorang
berjubah hitam mengenakan
ikat kepala. Lalu terjadi
dialog antara Jaka Tole dengannya. Jaka Tole
menceritakan tujuan ke
Majapahit untuk
menyelesaikan pekerjaan
menyelesaikan pintu gerbang
besi yang besar dan megah itu dalam sehari, kalau tidak
terkena hukuman. Orang
berjubah itu memberikan
setengkai bunga dan
disuruhnya Jaka Tole
memakannya, nanti sesampai di Majapahit,
bakarlah tubuhmu Jaka Tole
nanti dari pusarmu akan
keluar patrian untuk
menyambung besi-besi pintu
gerbang. Kemudian Jaka Tole melanjutkan perjalannya
ke Majapahit dan akhirnya
sampai dan menemuni sang
raja sri baginda Brawijaya.
Lalu Jaka Tole
berkesanggupan untuk membantu ayah angkatnya
Empu Keleng dan
menyelesaikan tugasnya
membaut pintu besar besi
yang besar dalam satu
malam dan jika tidak selesai akan menerim hukuman.

Lalu Jaka Tole mengumpulan
para pekerjanya, dan
memberitahukan
bahwasannya Jaka Tole
mempunya patrian besi yang
sangat hebat, yaitu dengan cara dibakarnya tubuh Jaka
Tole dibagian pusarnya
keluar cairan patrian yang
bisa digunakan untuk
menyelesaikan perampungan
pintu besi. Dan dalam satu malam itu pekerja
terselesaikan, pintu besar
besi jadi. Raja Brawijaya
sangat senang menyaksikan
pintu gerbang itu. Kemudian
Raja Brawijaya memberikan hadiah yang berupa
perhiasan perak dan emas.
feedproxy.google.com/~r/
Strov/~3/Bbz2lVfYk58/
pendekar-asli-indonesia-
antara-kisah.html

Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung !
Silakan berkomentar dengan kata kata yang baik dan jangan spam

 
Contact Us : Disclaimer | Advertise With Us
Copyright © 2013 Jendela Dunia - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger