HIKMAH Oleh: Imam Nawawi
Ibnu Al-Mundzir meriwayatkan dari Yazid Al-Asham bahwa kaum Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, bagi dua saja tanah ini, sebagian untuk kami dan sebagian lainnya untuk Muhajirin.''
Mendengar pernyataan itu Rasulullah menjawab, “Tidak, penuhi saja keperluan mereka dan bagilah kurmanya. Tanah itu tetap milikmu.” Kaum Anshar pun menegaskan, “Kami ridha atas keputusan itu.”
Demikianlah sikap kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin. Mereka sangat mencintai, mengasihi, dan berkeinginan kuat memberikan yang terbaik untuk saudara seiman mereka, kaum Muhajirin.
Dalam sebuah hadis, Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ada seorang pria yang menemui Rasulullah, kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, saya lapar.” Rasulullah pun bergegas mencari makanan dari istri-istrinya, tetapi tidak ada makanan yang bisa disuguhkan.
Akhirnya, Rasulullah berkata, “Siapakah di antara kalian malam ini bersedia memberi makan tamu ini? Mudah-Mudahan Allah memberikan rahmat kepadanya.” Seorang Anshar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah”.
Sahabat Anshar pun segera kembali ke rumah dan meminta istrinya untuk menyediakan makanan untuk tamu Rasulullah. Tak dinyana, sang istri dari sahabat mengatakan bahwa di rumah mereka juga tidak ada makanan, kecuali sedikit untuk anak-anak mereka.
Suaminya berkata, “Agar mereka (anak-anak) lupa keinginan untuk makan, tidurkan mereka lebih awal dan padamkan lampunya. Biarlah kita menahan lapar malam ini." Sang istri pun menyanggupi permintaan suaminya.
Keesokan harinya Rasulullah bersabda, “Allah kagum dan gembira karena perbuatan suami-istri itu.” Setelah semalam turun ayat Alquran yang membahas ketulusan cinta dan kasih seorang sahabat Anshar itu.
“Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin) , mereka (Anshar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS [59] : 9).
Demikianlah cinta kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin saudara seimannya. Dalam persaudaraannya, kaum Anshar lebih senang jika mampu membantu meski dalam kondisi kesusahan.
Itulah yang menjadikan kaum Anshar sangat terpuji di hadapan Allah SWT. Kaum Anshar tidak pernah menunda-nunda untuk menolong saudaranya, meski harus bersusah payah.
Rasul bersabda; “Sebaik-baik sedekah adalah usaha (jerih payah) orang yang kesusahan.” Sifat seperti itu sungguh sangat mulia karena lebih mengutamakan orang lain daripada diri mereka sendiri sekalipun mereka sangat memerlukannya. Itulah cinta sejati.
Rasa cinta kasih seperti itulah yang harus diwujudkan oleh seluruh umat Islam. Karena, hanya dengan cinta sejatilah umat Islam bisa bersatu (QS [61]: 4) dan benar-benar mampu menjadi umat terbaik (QS [3]: 110).
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung !
Silakan berkomentar dengan kata kata yang baik dan jangan spam