Jendela Dunia
Headlines News :

Latest Post

Suhu Rata Rata Di Indonesia Naik 1 Derajat Celcius

Written By radde on 02 Desember, 2012 | 08.13

Suhu di Indonesia pada tahun 2000-2100 rata-rata diperkirakan naik 1 derajat celsius, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan seabad sebelumnya, sebesar 0,65 derajat. Meski hanya 1 derajat, dampaknya serius.

”Perubahan lingkungan akibat aktivitas manusia memicu makin tingginya kenaikan suhu udara,” kata Guru Besar Hidrologi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Kenaikan suhu 1 derajat celsius tak terjadi merata. Daerah dengan kerusakan lingkungan parah makin tinggi kenaikannya.

Naik 1 derajat celsius berarti naiknya suhu maksimum dan turunnya suhu minimum sebesar 1 derajat. Rentang suhu suatu daerah kian lebar, meningkatkan ancaman kesehatan masyarakat.

Peningkatan suhu juga mengubah pola curah hujan. Bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan kekeringan, akan kian sering terjadi.

Kepala Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung Armi Susandi mengingatkan, perubahan iklim akan membuat Sumatera Tengah kian basah. Di Aceh, curah hujan makin tinggi.

Curah hujan di Jawa dan Lampung meningkat, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan Sumatera. Namun, risikonya lebih tinggi karena wilayah ini padat penduduk dan aktivitas ekonominya tinggi.

Kondisi kebalikan terjadi di Kalimantan yang jadi kian kering. Risiko kebakaran lahan dan hutan meningkat.

Kenaikan curah hujan juga terjadi di Nusa Tenggara Timur. Walaupun ada risiko longsor, jika bisa dikelola dengan baik, itu akan membuat wilayah kering jadi subur. ”Dampak perubahan iklim di setiap daerah unik sehingga pola adaptasi dan mitigasi di setiap daerah berbeda,” kata Armi.

Masyarakat dinilai sudah memahami dampak perubahan iklim dan mampu beradaptasi. ”Namun, informasi risiko bencana perlu lebih banyak disampaikan,” ujar Sudibyakto.

Armi menilai, ketidaksiapan justru pada pemerintah. ”Konsep menghadapi perubahan iklim di pemerintahan sangat lemah,” ujarnya. Infrastruktur mengantisipasi perubahan iklim sangat lemah. Makin pemerintah tak mau berinvestasi menghadapi perubahan iklim, kerugian ekonomi makin besar.
Summber

Ancaman Utama Bumi Bukanlah Kiamat, Melainkan Manusia

Belakangan, isu kiamat pada 21 Desember 2012 mengemuka, didasarkan pada interpretasi yang salah akan kalender suku Maya. Isu tersebut membuat sejumlah orang khawatir, bahkan sulit tidur. Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA pun kebanjiran surat elektronik yang menanyakan perihal akhir dunia itu.

Merasa perlu mengklarifikasi, NASA membuat tanggapan tentang sebab-sebab kiamat seperti yang beredar di jejaring sosial. Sebab-sebab kiamat di antaranya adalah adanya benda langit yang akan menghantam Bumi dan badai Matahari yang mematikan.

Peneliti Matahari NASA, Lika Guhathakurta, mengatakan bahwa Matahari memang sedang pada puncak aktivitasnya akhir-akhir ini. Badai Matahari memang bisa merusak sistem komunikasi, tetapi sejumlah perangkat telah dikembangkan untuk memberi peringatan. Badai Matahari tak mengancam jiwa manusia secara langsung.

Sementara itu, tentang planet, asteroid atau apa pun yang akan menabrak Bumi, Don Yeomans dari Jet Propulsion Laboratory NASA mengatakan, satu-satunya benda dekat Bumi yang akan melintas dekat adalah asteroid pada 13 Februari 2013. Namun, asteroid melintas pada jarak 6.378 kilometer, takkan menghantam Bumi.

NASA juga menyatakan bahwa isu Bumi akan gelap pada 23-25 Desember 2012 hanyalah isapan jempol. NASA tak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut. Sementara itu, kesegarisan semua planet di Tata Surya pada satu waktu yang dikatakan menjadi sebab fenomena itu juga tak mungkin terjadi.

Andrew Fraknoi, astronom di Foothill College, California, mengatakan, lebih baik manusia fokus pada masalah Bumi yang memang sedang dihadapi saat ini, seperti perubahan iklim. Mitzi Adams, pakar Matahari di NASA, juga menyetujuinya.

"Ancaman terbesar Bumi pada tahun 2012, pada akhir tahun ini dan di masa depan, adalah dari ras manusia itu sendiri," kata Adams. Jika manusia tak berubah, perubahan iklim tak terelakkan, kepunahan banyak spesies makhluk hidup niscaya terjadi.

Inilah Lubang Hitam Terbesar Di Alam Semesta

Astronom menemukan lubang hitam yang berukuran luar biasa besar. Massa lubang hitam ini 17 miliar kali massa Matahari!

Lubang hitam tersebut berada di galaksi NGC 1277, berjarak 250 juta tahun cahaya dari Bumi, di konstelasi Perseus. Massa lubang hitam itu jauh lebih besar daripada massa lubang hitam di Bimasakti yang hanya 4 kali massa Matahari.

Remco van den Bosch, astronom dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman, yang memimpin riset terkejut dengan ukuran dan proporsi antara galaksi dan lubang hitam itu.

Biasanya, lubang hitam hanya 0,1 persen dari galaksi. Saat ini, lubang hitam terbesar secara proporsional dengan galaksinya ada di NGC 4486B, 11 persen dari total massa bintang. Massa lubang hitam NGC 1277 lebih besar lagi, 59 persen dari total massa bintang di galaksi itu.

Apa yang menyebabkan lubang hitam itu begitu besar? Sampai saat ini belum ada jawaban yang memuaskan.

"Kami tak menduga adanya sistem ini, tetapi karena bintang bergerak sangat cepat di pusat galaksi, kami tahu ada lubang hitam yang eksis di galaksi kecil ini," kata Bosch s

Bosch mengatakan, dengan penemuan ini, astronom tertarik meneliti bagaimana galaksi terbentuk dan seberapa umum sistem itu di alam semesta.

Yang unik, galaksi dan lubang hitam itu seperti hidup dalam damai. Bintang di galaksi itu tak diganggu selama jutaan tahun. Galaksi ini datar, seperti tak ada bintang baru. Jika lubang hitam memakan bintang, pasti material yang dihasilkan akan memicu pembentukan bintang baru.

Bosch menuturkan, lubang hitam dan galaksi kecil itu mungkin terbentuk tak lama setelah Big Bang. Galaksi dan lubang hitam mungkin terbentuk secara bersamaan.

Bosch menambahkan, "Lubang hitam bisa tumbuh tanpa membentuk banyak bintang baru di galaksi. Kami ingin tahu apakah lubang hitam, atau mungkin juga bintang, memainkan peran aktif dalam hal tersebut."

Terkait keunikan sistem galaksi dan lubang hitam ini, Karl Gebhardt dari University of Texas Austin mengatakan, "Hal itu mungkin berarti bahwa galaksi ini menjalani proses evolusi berbeda dengan lainnya. Mungkin juga berarti bahwa kita harus memperbarui pemikiran tentang evolusi galaksi dan lubang hitam."
Sumber

Ilmuwan Temukan Petunjuk Tentang Keberadaan Alien

Studi di lingkungan kutub yang dilakukan para astrobiolog berhasil menemukan jasad renik yang unik. Makhluk hidup itu bisa menjadi petunjuk adanya "alien", berarti bentuk kehidupan lain dari yang sudah dikenal saat ini, dipahami sebagai mikroba, bukan makhluk cerdas seperti dalam fiksi ilmiah.

Jasad renik yang ditemukan adalah bakteri yang hidup di Danau Vida. Danau tersebut adalah lingkungan yang unik dimana energi yang ada mungkin hanya berasal dari reaksi kimia saja. danau tertutup lapisan es selama 3000 tahun sehingga tak memungkinkan adanya fotosintesis.

Bakteri ditemukan setelah ilmuwan melakukan pengeboran di Danau Vida selama tahun 2005 - 2010. Beberapa ilmuwan yang terlibat studi ini adalah dari University of Illinois di Chicago, Montana State University dan University of Colorado.

Hasil riset yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Science minggu ini mengungkap, ada delapan golongan bakteri yang hidup di lingkungan Danau Vida. Hal ini menjadi petunjuk bahwa lingkungan danau cukup kompleks.

"Ketika saya pertama kali melihat bakteri dengan mikroskop, ada banyak yang saya bayangkan. Ini dunia yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya," kata Christian Fritsen, peneliti dari Desert Research Institute di Nevada yang terlibat riset.

Kondisi abiotik Danau Vida sangat ekstrem. Christian Fritsen, ilmuwan dari Desert Research Institute di Nevada yang terlibat riset mengatakan, kadar garam di danau ini 6 kali lebih tinggi dari lautan biasa, suhunya mencapai -13 derajat Celsius dan memiliki kadar nitrogen oksida tertinggi dibandingkan seluruh perairan di muka Bumi.

"Bakteri ini bisa membantu kita mengetahui asal usul kehidupan di Bumi dan juga mengajari kita tentang pencarian kehidupan di tempat lain," ungkap Peter Doran, ilmuwan dari University of Chicago yang memimpin riset ini,

Kondisi di Danau Vida diduga juga terdapat di Mars dan planet lain. Penemuan ini memungkinkan ilmuwan mengembangkan kerangka baru untuk mengetahui lingkungan yang mendukung kehidupan. Boleh jadi, "alien" nanti benar-benar ditemukan.
Sumber

Riset, Angka 4 Adalah angka Keramat

Pada tahun 1956, psikolog asal Amerika Serikat, George Miller, dalam jurnal Psychological Review menyatakan bahwa pikiran manusia hanya bisa memproses maksimal tujuh bagian informasi dalam satu waktu.

Hasil riset Miller yang berjudul "The Magical Number of Seven, Plus or Minus Two, Some Limits on Our Capacity for Processing Information" kemudian menjadi rujukan. Selanjutnya, angka 7 seolah menjadi angka keramat dalam psikologi.

Kini, psikiater dari University of New South Wales (UNSW), Gordon Parker, menantang pandangan itu. Dalam publikasi terbaru di jurnal Acta Psychiatrica Scandinavica, Parker menyatakan bahwa manusia hanya bisa memproses maksimal empat bagian informasi sekaligus.

"Jadi, untuk mengingat nomor telepon, misalnya 6458937, kita perlu membaginya menjadi empat bagian, 64 - 58 - 93 - 7. Pada dasarnya, empat adalah batasan persepsi kita," katanya seperti

Hasil riset Parker menunjukkan perbedaan hampir 100 persen dengan penelitian Miller. Menurut Parker, riset Miller lebih didasarkan pada semangatnya menggunakan kata "magic" daripada ilmu pengetahuan.

Parker mengungkapkan, 50 tahun setela Miller, masih ada pertanyaan tentang kapasitas otak yang sebenarnya. Kapasitas otak mungkin tak terbatas, hanya ada batasan durasi di mana informasi bisa tetap ada di memori jangka pendek.

"Di luar itu, konsensus saat ini adalah manusia hanya bisa mengingat empat bagian informasi dalam memori jangka pendek," jelas Parker. Empat kini menyingkirkan posisi tujuh sebagai angka keramat dalam psikologi.
Sumber

Hewan Unik ! Berbadan Cacing Berkepala Ular

Para biolog menemukan spesies baru ular yang unik. Ular tersebut memiliki tubuh sangat ramping tapi berkepala gemuk. Metaforanya, ular ini punya tubuh cacing dengan kepala raksasa.

Ular tersebut adalah anggota genus Imantodes. Sejauh ini, genus tersebut terdiri dari 6 jenis ular. Dengan penemuan ini, anggota genus bertambah menjadi 7 jenis. Spesies yang baru saja ditemukan diberi nama Imantodes chocoensis, berdasarkan nama hutan Choco di timur laut Ekuador.

Keunikan ular ini dibanding jenis lainnya adalah absennya sisik loreal. Pada spesies lain dari genus Imantodes, sisik loreal terdapat pada kepala. Namun, pada jenis Imantodes chocoensis, sisik itu tak dijumpai.

Yang juga mengejutkan, jenis baru ini ditemukan di wilayah yang jauh dari distribusi biasanya. Jenis ini ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Amazon di Andes. Sementara, kerabat terdekatnya, Imantodes lentiferus, hidup di wilayah Amazon yang terpisah oleh gunung.

"Salah satu penjelasan yang mungkin dari distribusi yang terpisah antara spesies baru dan kerabat terdekatnya adalah terbaginya moyang populasi menjadi dua, yang masing-masing berevolusi menjadi spesies yang berbeda, satu di wilayah Choco dan satu lagi di wilayah Amazon lain," kata Omar Torres -Carvajal dari Museo de Zoología QCAZ

Saat ini, 90 persen ekosistem di Choco, tempat spesies baru ini ditemukan, telah rusak. Peneliti belum mengetahui status ular jenis baru ini, apakah memang terancam punah.
Sumber

Ilmuwan : Ada Es Di Merkurius

Tim ilmuwan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyatakan bahwa berdasarkan hasil observasi terbaru dengan wahana antariksa Messenger, Merkurius terbukti memiliki air dalam bentuk es.

"Data terbaru mengindikasikan adanya air dalam bentuk es di bagian kutub Merkurius, menyebar di area seluas Washington dan memiliki ketebalan lebih dari 3,2 km," kata David Lawrence, peneliti NASA yang turut andil dalam riset ini.

Temperatur Merkurius bisa mencapai 427 derajat celsius. Namun, di wilayah kutub utara yang karena kemiringan sumbu Merkurius tak mendapatkan sinar Matahari, temperatur tergolong rendah sehingga memungkinkan adanya es.

Es di kutub utara Merkurius terdapat mulai dari koordinat 85 derajat lintang utara Merkurius. Sementara lapisan es tipis bisa menyebar hingga koordinat 65 derajat lintang utara. Ilmuwan juga percaya bahwa kutub selatan Merkurius memiliki es, tetapi observasi belum dimungkinkan.

Adanya es di Merkurius telah diduga sejak tahun 1991. Saat itu, teleskop di Puerto Riko menemukan adanya bagian yang berwarna terang di kutub planet terdekat dari Matahari itu. Es juga kadang ditemukan di wilayah yang berdasarkan observasi tahun 1970-an merupakan kawah raksasa.

Citra Messenger terbaru mengonfirmasi bahwa bagian berwarna terang itu berada di wilayah dengan suhu rendah yang memungkinkan adanya es. Instrumen spektrometer netron pada Messenger menganalisis konsentrasi hidrogen, bagian dari air, dan menemukan bahwa air dalam bentuk es memang ada.

Studi mengungkap bahwa di wilayah yang paling dingin, lapisan air ada di atas. Namun, di wilayah yang lebih hangat di mana es dilapisi oleh material gelap (isolator panas) yang memiliki kadar hidrogen lebih rendah.

David Paige dari NASA yang juga terlibat di riset ini menyatakan, material gelap itu adalah kunci untuk memahami bagaimana air bisa sampai di Merkurius. Menurutnya, material gelap itu terdiri dari senyawa organik yang berasal dari komet ataupun asteroid yang menumbuk Merkurius.

Sea Solomon, pimpinan riset yang juga astronom di Lamont-Doherty Earth Observatory, Columbia University, mengatakan, "Lebih dari 20 tahun kami bertanya-tanya apakah planet terdekat dari Matahari memiliki es di kutubnya. Messenger memberikan jawaban pasti."

Namun, Solomon juga mengungkapkan bahwa Messenger memberikan pertanyaan baru. "Apakah material gelap di kutub sebagian besar terdiri atas senyawa organik? Apa reaksi kimia yang telah dialami material itu?"

"Adakah wilayah di Merkurius yang memiliki baik air dalam bentuk cair maupun senyawa organik? Hanya dengan penelitian lanjut tentang Merkurius kita bisa berharap mencapai kemajuan dalam menjawab pertanyaan itu," tambah Solomon

Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Science Express pada Kamis kemarin. Messenger telah meneliti Merkurius sejak tahun 2011. Pada tahun 2014 dan 2015, Messenger akan melayang lebih dekat di Merkurius sehingga memungkinkan observasi lebih detail.
Sumber

Sains

More on this category »

Pemilu 2014

More on this category »
 
Contact Us : Disclaimer | Advertise With Us
Copyright © 2013 Jendela Dunia - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger