Marc Andreessen itu genius. Anak sekarang mungkin tak banyak yang mengenal dia tetapi dulu semua orang yakin dia akan menjadi penguasa Internet. Waktu itu belum ada Sergei Brin (Google) apalagi Mark Zuckerberg (Facebook).
Dunia virtual yang kita kenal sekarang, dialah yang memulai membangunnya. Tim Berners Lee memang pencipta HTTP/HTML, tapi Marc-lah yang mewujudkan melalui browser yang diciptakannya bersama Eric Bina, Mosaic, browser Web pertama di dunia. Ketika itu dia hanyalah mahasiswa S1 berumur 21 tahun dari Universitas Illinois.
Setelah lulus, Marc (bersama Jim Clark) mendirikan Netscape Communications untuk mengkomersialisasikan temuannya seluruh dunia menyambut dengan gegap gempita. Web diperkirakan bakal menjadi landasan untuk pengembangan macam-macam aplikasi dan Netscape akan banjir uang dengan menjadi penjahit utamanya. Aneka teknologi web seperti Secure Sockets Layer (SSL) dan JavaScript, Netscape-lah yang menciptakannya. Ketika tak sampai 2 tahun kemudian (1995) Netscape go public, harga sahamnya langsung berlipat 3 di hari pertama.
Jerry Yang juga mahasiswa, dan sepertinya tak sepintar Marc. Tapi dia tekun. Dengan telaten bersama David Fillo dia telusuri jaringan jagad jembar (world wide web) yang baru mulai terbentuk. Mereka kumpulkan alamat-alamat situs web, mereka pilah-pilah secara hierarkis dalam kategori-ategori, mereka taruh di server sekolah mereka. Jadilah sebuah katalog yang mereka sebut “David and Jerry’s Guide to the World Wide Web”. Untuk mengakses katalog tersebut orang harus mengetik alamat panjang ini di browser: http:akebono.stanford.edu/yahoo.
Seperti Marc, Jerry/David lalu juga mengkomersialkan jerih payah mereka, dan lahirlah Yahoo! kira-kira 6 bulan sesudah Netscape. Cita-cita Yahoo! tak sehebat Netscape: cuma ingin jadi tempat orang datang untuk mendapatkan link ke konten-konten yang mereka cari, sebuah layanan yang kemudian dikenal sebagai portal. Uangnya dari mana? Tak muluk-muluk: jualan iklan.
Tak sampai sepuluh tahun kemudian, Netscape – pelopor teknologi, diisi orang-orang pintar – sudah tak ada lagi, lenyap dicaplok AOL. Yahoo! – diisi pekerja jenis petugas perpustakaan -- terus berkembang dan dalam waktu cukup lama menjadi penguasa baru Internet.
Mengapa? Netscape salah model bisnis. Uang, di Internet, ternyata lebih banyak datang dari iklan ketimbang jualan teknologi. Kalau saja Marc dan Jim mengambil ide Jerry dan David serta membuat katalog Internet, katalog Netscape mungkin saja akan jauh lebih banyak dikunjungi dari Yahoo! karena saat ini praktis Netscape adalah satu-satunya browser yang tersedia.
Status sebagai calon penguasa Internet pun pindah ke Yahoo! Perusahaan ini tumbuh cepat bersama perkembangan pesat Internet karena semakin banyak konten di Internet semakin butuh penggunanya akan layanan yang bisa memudahkan mereka mengakses konten-konten tersebut. Dan Yahoo! berada jauh di depan di bidang itu. Pada suatu ketika, sekitar 60% orang pengguna Internet mengunjungi Yahoo tiap harinya.
Kita tahu Yahoo juga kemudian terpeleset. Konten Internet menjadi begitu banyak dan kompleks sehingga katalog yang dibuat Yahoo menjadi terlalu ruwet dan susah dipakai, semakin lama dibutuhkan semakin banyak klik untuk sampai ke tujuan. Sudah begitu, cara manual Yahoo! tak sanggup berkejaran dengan pertumbuhan konten dan situs baru. Dengan cepat katalog Yahoo! ketinggalan. Dalam kondisi seperti itu, mestinya Yahoo! mengembangkan mesin pencari dan mengindeks Internet menggunakan mesin.
Tapi tidak. Yahoo! jadi serakah: tak puas hanya dengan menyediakan akses ke konten, Yahoo! memilih menyediakan konten sendiri di situsnya dengan cara sindikasi dan kemitraan dengan media lain. Mesin pencari dia serahkan ke mitra (Altavista kemudian Google). Maka muncullah Yahoo! News, Yahoo Finance, Yahoo Games, bahkan Yahooligans, situs untuk anak-anak.
Kita tahu apa yang terjadi kemudian. Orang ternyata lebih butuh mesin pencari. Setelah kerjasama dengan Yahoo! berakhir dan Google berdiri sendiri, popularitas situs ini dengan cepat melewati bekas mitranya. Konten dan kerja keras para pustakawan Internet Yahoo! tak sanggup menghadapi algoritma Google. Pangsa pengguna Yahoo melorot jadi hanya belasan persen belakangan ini sementara Google terus naik sampai di atas 50%.
Yang membuat dominasi Google semakin lengkap adalah dia berhasil menciptakan mesin uang yang luar biasa itu: AdWords. AdWords memberi kemudahan pemasang iklan untuk memasang iklan di mana pun tak cuma di Google, menentukan sendiri berapa ia mau bayar, dan hanya membayar kalau iklannya menarik pengguna (diklik). Efektivitas AdWords begitu luar biasa sehingga berbondong-bondong pemasang iklan datang. Dalam waktu singkat, belanja iklan internet tersedot Google. Pendapatan iklan Yahoo yang dulu nomor 1 tahun lalu cuma 1/10 Google (US $ 4 miliar dibanding US$ 38 miliar).
Google memakan belanja iklan dari seluruh dunia, bukan hanya dari Amerika. Sebagai gambaran hebatnya AdWords yang belakangan juga dilengkapi model iklan per view untuk iklan display seperti banner, tahun lalu pendapatan Google hampir mencapai 50% total belanja iklan online di seluruh dunia dan 70% Amerika! Dalam sejarah industri media tak ada perusahaan yang cengkeramannya di pasar sehebat ini.
Dan itu belum semuanya. Pada akhirnya nanti, hampir semua kegiatan industri media – termasuk TV dan Film -- akan dilakukan lewat Internet. Dengan demikian belanja iklan pun akan lari ke Internet – dan sebagian besarnya melalui Google.
Yang lebih menakutkan adalah Google juga punya Youtube. Sangat mudah untuk membayangkan bahwa nantinya, dengan semakin lebarnya pita internet, Youtube, situs nomor 3 terpopuler (setelah Google dan Facebook, kini Yahoo cuma nomor 4), bisa berkembang menjadi seperti operator TV berbayar (seperti Indovision) dengan jangkauan dunia dan dengan ribuan kanal, menyediakan konten untuk segala macam selera orang; dari video-video amatir sampai film-film yang dikerjakan secara prrofesional dengan biaya besar. Saat itu terjadi stasiun-stasiun TV seperti RCTI bakal terpaksa memilih apakah akan ikut jaringan Google atau tergerus pendapatan iklannya.
Pertanyaannya tentu saja: seberapa banyak yang tersisa buat kita, para pemain media di Indonesia, nantinya?
*) Abdul Rahman, pendiri detikcom, Dirut PT Agranet Multicitra Siberkom (Agrakom)
Note: Refleksi Abdul Rahman akan hadir secara berseri hingga akhir Januari 2012.
Tulisan ini merupakan pendapat pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi. Selamat mengikuti!
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung !
Silakan berkomentar dengan kata kata yang baik dan jangan spam