Setelah 22 tahun Monas kembali dimandikan. Tapi dalam 'ritual' memandikan Monas ini emas di puncak sama sekali tak disentuh. Emas di Monas telah dimandikan secara alami oleh air hujan.
Omong-omong emas di puncak Monas, banyak cerita yang berkembang soal keberadaannya. Informasi yang beredar emas seberat 32 Kg itu sumbangan dari pengusaha Aceh. Namun di masa orde baru, pengusaha itu mendapat perlakuan tak layak.
Namun tak ada yang bisa memastikan soal ini. Sejarawan Asvi Warman Adam yang ditanya soal emas ini hanya bertutur, memang ada bantuan emas dari beberapa daerah di Indonesia saat pembangunan Monas. Namun siapa orangnya yang membantu, sejarawan LIPI ini tak tahu persis.
"Kalau soal bantuan emas itu kan memang ada. Tapi kan dibelikan untuk pesawat terbang," kata Asvi Marwan saat ditemui di Universitas Paramadina, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan
Asvi tak merinci berapa jumlah pesawat yang dibeli Indonesia dari sumbangan emas itu. Namun, selain untuk emas di Monas, sumbangan emas juga digunakan untuk membeli pesawat.
"Ya (emas) yang untuk di Monas itu, itu memang untuk pesawat terbangnya ada itu. Sumbangannya ada juga dari Sumatera Barat, ada sumbangan itu. Setahu saya emas yang disumbangkan itu untuk pesawat terbang," paparnya lagi.
Sementara itu Kepala Unit Pengelola Tugu Monas Rini Hariyani sebelumnya mengungkapkan, bagian emas di puncak monumen setinggi 132 meter itu selama ini tak bisa disentuh oleh sembarangan orang. Tak ada yang sengaja membersihkannya karena diyakini sudah 'dimandikan' secara alami oleh hujan
Sedikit kilas balik tentang emas tersebut. Menurut Rini, bobot emas di puncak Monas awalnya 32 kilogram. Namun sekarang bertambah jadi 50 kilogram.
Penambahan itu ada ceritanya. Demi merayakan ulang tahun emas Repulik Indonesia pada 1995, pemerintah saat itu menambah jumlah emas agar genap 50 kilogram.
Ditanya tentang asal muasal emas tersebut, Rini mengaku tak tahu sejarah pastinya. Konon, sebagian besar dari emas itu disumbangkan oleh salah satu putra daerah asal Aceh. Namun sang pengusaha mengalami perlakuan kurang baik ketika era Orde Baru.
"Pemberian saudagar dari Aceh. Tapi saya nggak tahu, enggak ada cerita sejarahnya dan nggak diberitakan kan dari mana asalnya dulu,” bebernya.
Lidah api atau obor di Monas mempunyai ukuran yang cukup besar, mencapai 14 meter dengan diameter 6 meter serta 77 bagian yang disatukan. Puncak yang berupa 'api yang tak kunjung padam' itu menyimbolkan semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Emas tersebut melapisi perunggu seberat 14,5 ton yang berada di bagian dalam lidah api.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung !
Silakan berkomentar dengan kata kata yang baik dan jangan spam