Semarak berjilbab kalangan muslimah di seluruh dunia, turut berimbas ke Turki. Meski dibentengi paham sekularisme, Turki tidak bisa lagi mengelak.
Hasil survei yang dirilis Yayasan Studi Ekonomi dan Sosial yang berbasis di Istanbul, menyebutkan 60 persen perempuan Turki mengenakan jilbab. Fakta itu, menurut Yayasan tersebut, mengindikasikan muslimah Turki tidak lagi larut dalam paham sekularisme guna menunjukan identitas mereka sebagai muslim.
Pengamat Fesyen, Merve Buyuk mengatakan saat ini muslimah Turki tidak lagi menampilkan jilbab sebagai hal yang kaku. Mereka mulai memperhatikan sisi modis dalam berjilbab. "Mereka tidak lagi sebatas mengenakan jilbab berwarna hitam atau coklat polos saja. Perkembangan ini jelas menyenangkan," kata dia seperti dikutip alarabiya.ne
Merve mengatakan, perubahan itu juga diikuti dengan menjamurnya produk busana muslim di TUrki. Dengan demikian, kata Merve, muslimah Turki juga dapat menciptakan tren. "Akses muslimah terhadap produk Turki membuat mereka lebih dekat pada tren," kata dia.
Pakar Komunikasi Universitas Galatasaray, Nilgun Tutal, mengatakan kondisi Turki saat ini memperlihatkan adanya proses adaptasi dari kelas menenangah dan atas Turki terhadap identitas keislamannya. Nantinya, adaptasi ini akan menjadikan Turki sebagai pihak yang mampu membedakan Islam dengan Barat.
"Untuk memperlihatkan perbedaan itu, dapat ditilik dari munculnya kelompok sosialita Muslim," kata dia.
Editor majalah Ala, Hulya Aslan, mengatakan perubahan dalam tata cara muslimah Turki dalam berjilbab juga diimbangi dengan narasi media massa Turki untuk mengarahkan isu normalisasi penggunaan jilbab. "Bahkan dalam satu iklan dalam majalah kami, ada slogan berbunyi "Jilbab itu Indah" lalu diikuti dengan kalimat "Cara saya, pilihan saya, hidup saya, kebenaran saya dan hak saya," kata dia.
Seperti diberitakan, penggunaan jilbab secara bebas mulai memasuki wilayah pendidikan. Melalui perjuangan yang cukup keras, mahasiswi muslim Turki bebas masuk ke perguruan tinggi dengan mengenakan jilbab.
Meski demikian, tantangan terhadap pengenaan jilbab secara bebas belumlah tuntas. Berulang kali, sejumlah pihak seperti lembaga peradilan Turki dan kejaksaan berupaya untuk melarang jilbab di pusat pendidikan lantaran dianggap bertentangan dengan doktrin sekularisme dan Undang-undang Dasar (UUD) Turki.
Sumber
Hasil survei yang dirilis Yayasan Studi Ekonomi dan Sosial yang berbasis di Istanbul, menyebutkan 60 persen perempuan Turki mengenakan jilbab. Fakta itu, menurut Yayasan tersebut, mengindikasikan muslimah Turki tidak lagi larut dalam paham sekularisme guna menunjukan identitas mereka sebagai muslim.
Pengamat Fesyen, Merve Buyuk mengatakan saat ini muslimah Turki tidak lagi menampilkan jilbab sebagai hal yang kaku. Mereka mulai memperhatikan sisi modis dalam berjilbab. "Mereka tidak lagi sebatas mengenakan jilbab berwarna hitam atau coklat polos saja. Perkembangan ini jelas menyenangkan," kata dia seperti dikutip alarabiya.ne
Merve mengatakan, perubahan itu juga diikuti dengan menjamurnya produk busana muslim di TUrki. Dengan demikian, kata Merve, muslimah Turki juga dapat menciptakan tren. "Akses muslimah terhadap produk Turki membuat mereka lebih dekat pada tren," kata dia.
Pakar Komunikasi Universitas Galatasaray, Nilgun Tutal, mengatakan kondisi Turki saat ini memperlihatkan adanya proses adaptasi dari kelas menenangah dan atas Turki terhadap identitas keislamannya. Nantinya, adaptasi ini akan menjadikan Turki sebagai pihak yang mampu membedakan Islam dengan Barat.
"Untuk memperlihatkan perbedaan itu, dapat ditilik dari munculnya kelompok sosialita Muslim," kata dia.
Editor majalah Ala, Hulya Aslan, mengatakan perubahan dalam tata cara muslimah Turki dalam berjilbab juga diimbangi dengan narasi media massa Turki untuk mengarahkan isu normalisasi penggunaan jilbab. "Bahkan dalam satu iklan dalam majalah kami, ada slogan berbunyi "Jilbab itu Indah" lalu diikuti dengan kalimat "Cara saya, pilihan saya, hidup saya, kebenaran saya dan hak saya," kata dia.
Seperti diberitakan, penggunaan jilbab secara bebas mulai memasuki wilayah pendidikan. Melalui perjuangan yang cukup keras, mahasiswi muslim Turki bebas masuk ke perguruan tinggi dengan mengenakan jilbab.
Meski demikian, tantangan terhadap pengenaan jilbab secara bebas belumlah tuntas. Berulang kali, sejumlah pihak seperti lembaga peradilan Turki dan kejaksaan berupaya untuk melarang jilbab di pusat pendidikan lantaran dianggap bertentangan dengan doktrin sekularisme dan Undang-undang Dasar (UUD) Turki.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung !
Silakan berkomentar dengan kata kata yang baik dan jangan spam