matinya listrik yang melanda negara
kita sekarang ini. Prihatin! Akhirnya
bom waktu krisis listrik meledak juga.
Dan hebatnya meledak di Ibukota
negara kita, Jakarta. Tanpa bermaksud membela PLN dan
tidak menaruh simpati dengan
penderitaan anda yang kebetulan
tinggal di Jakarta, sejatinya krisis
listrik ini sudah lagu lama terjadi di luar
pulau Jawa. Bahkan 11 tahun yang lalu, tahun 1998, saat pertama kali
saya menjejakkan kaki di pulau
Kalimantan, betapa krisis listrik
sudah jauh dialami oleh saudara-
saudara kita yang tinggal disana.
Kita yang tinggal di pulau Jawa setidaknya masih sedikit lebih
beruntung karena baru sekarang
mengalami krisis listrik ini.
Beberapa waktu yang lalu saya
sempat ada beberapa obrolan
menarik di Facebook dengan kawan
saya dari Balikpapan dan Surabaya
terkait krisis listrik ini. Kawan saya
yang dari Balikpapan menulis status yang menyatakan keprihatinannya
tentang kondisi padamnya listrik yang
sedang melanda Jakarta. Saya
kemudian mengomentarinya.
"Bukankah mati listrik sudah makanan sehari-hari di Kalimantan
sejak dulu ?" Komentar saya di dinding Facebook kawan saya
tersebut. Kawan saya kemudian
membalas: "Mungkin maksud PLN ini untuk azas pemerataan, Pak. " Dan kawan saya yang dari
Surabaya kemudian nyeletuk,
meledek kawan saya yang dari
Balikpapan kalau kota Balikpapan itu
bukan Indonesia. "Kok bisa daerah kaya minyak tapi miskin listrik ?" ledeknya.
Itulah faktanya! Negara kita,
siapapun tidak ada yang bisa
memungkiri, negara yang sangat kaya
dengan sumber daya alamnya tapi
masih tetap miskin listrik sampai
sekarang. Penetrasi pertumbuhan penduduk di negara kita ternyata
tidak bisa diimbangi dengan
ketersediaan daya listrik yang
seharusnya melimpah disediakan oleh
PLN, perusahaan pemasok listrik
satu-satunya yang memonopoli penyediaan listrik di negara kita.
Saya tidak bermaksud turut
menghujat PLN sebagaimana
kebanyakan teman saya yang gemas
dengan PLN sekarang ini tetapi
saya hanya ingin sedikit share
tentang beberapa fakta yang mungkin perlu anda tahu tentang PLN.
Silahkan disimak fakta-fakta ini.
1. Terbakarnya Trafo
Peristiwa terbakarnya trafo di
Gardu Induk (GI) Cawang,
Jakarta, akhir September 2009 lalu
sebenarnya bukan satu-satunya
penyebab krisis listrik di Jakarta.
Boleh saya sebut hanya sekedar pemicu meledaknya bom waktu saja.
Karena jauh sebelum krisis daya
listrik sekarang ini yang melanda
Jakarta, sebenarnya defisit pasokan
daya listrik sudah dialami PLN
jauh beberapa tahun sebelumnya.
2. Pemberlakuan Dayamax Plus
Kalau mau flash back pada bulan
Oktober tahun 2005 lalu, PLN
waktu itu mengeluarkan kebijakan
sepihak tentang Penghematan
Pemakaian Tenaga Listrik Pada
Waktu Beban Puncak (Peak Load) Pada Pelanggan Bisnis (B3),
Industri (I2, I3, I4) dan Kantor
Pemerintah Besar (P2) sesuai
surat Penjelasan Edaran Direksi
PT PLN (Persero) No:
0016.E/DIR/2005. Yang isinya intinya adalah menghimbau kepada
semua pelanggan besar agar
mengurangi pemakaian listriknya
selama waktu beban puncak (WBP)
pada pukul 18:00 s/d 22:00. Untuk
pelanggan yang bisa menekan dayanya dibawah 50% waktu beban
puncak serta bisa menekan
pemakaian KWH WBPnya
dibawah 50% dari pemakaian WBP
rata-rata 6 bulan terakhir akan
mendapat Insentif, dan sebaliknya kalau tidak bisa menekan dibawah
angka ketentuan tersebut akan
mendapatkan Disinsentif (denda).
Usaha ini dilakukan oleh PLN
antara lain adalah untuk menghindari
jomplangnya peak pemakaian daya
listrik pada waktu beban puncak jika
dibanding LWBP (Luar Waktu
Beban Puncak) dan mengerem laju defisit daya yang dialami PLN
waktu itu. Dan sekarang, setelah
empat tahun kemudian ternyata
faktanya tetap tidak efektif untuk
menghambat laju krisis daya yang
mendera PLN selain hanya memberatkan sektor usaha atau
industri yang mendapatkan tambahan
beban biaya listrik sebesar antara
20% s/d 30% akibat pemberlakuan
Dayamax Plus ini. Karena terus
terang sangat mustahil bisa mengurangi daya atau pemakaian
selama beban puncak jika daya kita
memang tidak berlebih atau berusaha
mengimbanginya dengan pemakaian
genset.
3. Jual Rugi
Pada akhir tahun 2002 saya pernah
menghadiri sebuah seminar sosialisasi
TDL 2003 yang diselenggarakan
oleh PLN yang dihadiri beberapa
perwakilan perusahaan dan Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) setempat di kota Malang.
Dalam suatu session tanya jawab
ada sebuah pertanyaan dari peserta
seminar yang menanyakan tentang
mengapa sambungan daya pada
perumahan RS terpasang dengan daya sangat tinggi sampai 1.300
Watt padahal Rumah RS rata-
rata dengan daya 450 Watt saja
sudah cukup. Apa jawaban dari
PLN waktu itu? Ini
penjelasannya, karena pada pelanggan R1 (Rumah Tangga)
dengan daya 450 W, PLN
sebenarnya masih menjual rugi
sementara pada daya diatas 1.300
W tarifnya sudah tarif bisnis yang
harga jual listrik per-KWHnya sudah diatas harga pokoknya. Nah,
ini penjelasan versi PLN mengapa
PLN meski sebagai perusahaan
satu-satunya yang memonopoli listrik
di negara kita tapi tetap merugi,
karena mereka mengklaim tarif TDL-nya masih dibawah harga
pokoknya.
4. Korupsi PLN
Saya tidak mau ikut-ikutan menuduh
kalau PLN katanya banyak
korupsinya sehingga menyebabkan
merugi. Karena menuduh tanpa bukti
bisa dihukum dan masuk
penjara.Tapi, mau diakui atau tidak, setidaknya inilah opini yang
berkembang di masyarakat tentang
PLN yang katanya terus merugi
meski sudah mendapatkan subsidi dari
pemerintah. Karena korupsi.
5. Losses PLN Tinggi
Menurut kawan saya di PLN, nilai
Losses yang terjadi di PLN dalam
pendistribusian listriknya ternyata
cukup tinggi sampai mencapai 12%.
Losses ini disamping karena rugi-rugi
tegangan akibat arus listrik yang hilang selama proses distribusi
jaringan, juga karena adanya
beberapa pelanggan yang nakal
mencuri listrik dan adanya beberapa
lampu PJU (Penerangan Jalan
Umum) liar tanpa meteran listrik alias mbantol langsung ke jaringan.
6. Wajib pakai Genset
Beberapa bulan yang lalu sebelum
krisis listrik melanda Jakarta seperti
sekarang ini, beberapa outlet
perusahaan tempat saya bekerja di
daerah Jateng dan Jogja dapat
himbauan dari PLN agar menyalakan gensetnya seminggu
sekali saat beban puncak, yang
katanya untuk mengimbangi beban
daya daerah Jateng yang mengalami
defisit parah. Dan karena difisit ini,
saya sempat membaca ulasan beberapa media, pasokan listrik
Jateng membutuhkan supply daya
dari pembangkit listrik dari Jawa
Timur.
7. Pemberlakuan Tarif Menyala
Meski sampai sekarang TDL (Tarif
Dasar Listrik) yang berlaku masih
menggunakan TDL 2003, TDL
yang dibuat di era pemerintahan
Presiden Megawati, tapi beberapa
daerah di Jateng dan Jogja misalnya (saya kurang tahu untuk daerah lain)
PLN mengeluarkan ketentuan tarif
khusus, yaitu Tarif Menyala pada
pelanggan R1 daya 450 W dan 900
W. Pada pola pentarifan di Tarif
Menyala ini, PLN mengenakan tarif sedikit lebih mahal dari tarif R1
pada TDL 2003. Baca artikel saya
disini kalau ingin melihat komparasinya.
8. Diskriminasi
Kalau saya mengamati di beberapa
kota atau daerah, PLN
memberlakukan diskriminasi untuk
jadwal pemadaman dan respon
perbaikan sewaktu terjadi gangguan
pada lokasi-lokasi tertentu. Kalau lokasi yang merupakan kawasan
kantor pemerintahan seperti kantor
Walikota, Gubernur, kantor
DPRD dan kantor Militer maka
listrik akan jarang mati di kawasan
tersebut. Kalau pun terjadi pemadaman biasanya tidak akan
pernah lama PLN segera
menyalakannya. Contoh saja kalau di
Jogja adalah kawasan sekitar jalan
Malioboro. Kalau di Solo adalah
kawasan jalan Slamet Riyadi. Nah, jika anda ingin aman dari
pemadaman, tinggallah di daerah
yang dekat dengan kawasan seperti
yang saya utarakan tersebut.
9. Dua Sumber Penyulang
Satu lagi cara agar aman dari
pemadaman adalah berlangganan
listrik ke PLN pakai dua sumber
penyulang sekaligus atau dua sumber
GI yang berbeda. Dengan
berlangganan pakai dua sumber GI maka bila terjadi pemadaman pada
salah satu GI maka otomatis bisa
switching ke GI yang satunya.
Inilah yang banyak dilakukan
perusahaan besar seperti Mal-mal
dan industri agar aman dari pemadaman listrik, karena
prakteknya PLN jarang
melakukan pemadaman atau terjadi
trouble langsung beberapa GI
sekaligus, kecuali peristiwa langka
beberapa tahun yang lalu saat terjadinya mati listrik se-Jawa Bali
beberapa waktu yang lalu. Dan
beberapa perusahaan seperti PT
Sampoerna malah melakukan
penarikan jaringan kabel tegangan
menengah tersendiri langsung ke GI PLN agar aman dari pemadaman
karena terpisah dengan jalur listrik
umum sehingga bisa meminimalisir
tingkat gangguan padamnya listrik.
10. Jualan tapi tidak menjual
Pada posting saya sebelumnya, baca
disini, saya menyebut PLN adalah
salah satu perusahaan yang tidak
menerapkan promosi marketing
bahkan malah membuat persuasi
yang bertentangan dengan teori marketing itu sendiri. PLN,
memang kenyataannya perusahaan
yang jual listrik tapi meski jualan
PLN tidak berlaku sebagaimana
perusahaan yang memang jualan
dengan menggencarkan promosi agar pelanggannya melakukan pembelian
sebanyak-banyaknya. PLN malah
sebaliknya, menghimbau pelanggannya
agar berhemat. Ini tentu
bertentangan dengan teori marketing
manapun yang berusaha menjual produknya sebanyak-banyaknya.
Nah, ini tentu sisi baik dari PLN
diantara sisi kekurangannya yang
tentu harus kita akui juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung !
Silakan berkomentar dengan kata kata yang baik dan jangan spam