Mempertahankan Hubungan LDR dari Godaan Wanita Lain

Banyak anggapan yang mengatakan bahwa Long Distance Relationship (LDR) sangat rentan terhadap masalah, salah satunya godaan dari orang ketiga. Hal yang sama pun dialami oleh Wulan (bukan nama sebenarnya) yang hubungan jarak jauhnya kandas karena wanita lain namun tidak terpuruk.

Wulan dan pasangannya, Henry (bukan nama sebenarnya) telah menjalin hubungan selama lebih dari lima tahun. Namun karena alasan pekerjaan, Henry pun ditugaskan ke luar pulau Jawa, tepatnya salah satu kota di provinsi Kalimantan Timur. Tak lama menjalin LDR, hubungan keduanya pun mulai diterpa masalah yang serius.

"Dia mulai berubah, jarang ada kabar dan bahkan menghilang sama sekali. Dimana sebelumnya, buat dia, tidak mengabari dan tidak mendengar kabar saya merupakan hal yang sangat menganggu. Alasan yang digunakan selalu seputar keterbatasan sinyal handphone. Kecurigaan saya mulai muncul ketika mamanya menghubungi saya dan menceritakan tentang perubahan sikap anaknya. Di sini hubungan saya pun sudah mulai hambar. Jadi lebih sering berantem dan mulai tidak ada kenyamanan," ungkap Wulan.

Saat menjalin hubungan jarak jauh, komunikasi menjadi penyebab utama bertengkar. Henry mulai tidak ada kabar hingga berhari-hari. Bahkan ketika Henry berada di Jakarta, dia tidak lagi memberikan kabar. Bagi wanita yang berprofesi sebagai karyawan swasta di perusahaan multinasional tersebut, hal seperti itu sangat tidak masuk akal, mengingat dahulu Henry adalah pria yang cukup posesif.

Perubahan sikap Henry yang drastis membuat Wulan kebingungan karena selama menjalin hubungan, keduanya belum pernah menghadapi masalah yang terlalu serius. Hingga pada akhirnya, muncul dugaan bahwa perubahan sikap Henry disebabkan oleh hasutan wanita lain dengan cara yang mistis.

Sebelum mengetahui penyebab dan latar belakang perubahan sikap Henry, Wulan sudah lebih dulu mencari cara untuk mempertahankan hubungannya. Menurutnya, ia terus memposisikan dirinya sebagai kekasihnya serta lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga Henry.

"Akhirnya saya lebih banyak mengalah dan menghabiskan waktu lebih banyak sama keluarganya saja, karena kebetulan mamanya juga merasa kesepian karena anaknya lebih sering pergi. Dengan frekuensi kepergian dia yang signifikan lebih sering dari biasanya, sebagai pasangan yang baik saya mencoba untuk bisa lebih mengerti dan terus mendukung. Saya juga mencoba untuk membicarakan dan mengevaluasi lagi hubungan kita beberapa waktu ke belakang, apalagi frekuensi bertengkarnya lebih sering semenjak LDR. Tapi hasilnya nggak sesuai dengan ekspektasi, perubahannya tidak terlalu signifikan," jelas Wulan.

"Menurut saya esensi keberhasilan suatu LDR biasanya diukur dari mereka menghadapi masalah kepercayaan dan komunikasi. Jadi dari sisi pandang saya, pasangan yang bisa survive dari LDR, mereka bisa menjadi pasangan yang inseparable. So do fight hard for something worth to fight," tutup Wulan.
Sumber