Selaput dara memang tidak selalu bisa dijadikan patokan seorang wanita masih perawan atau tidak, karena tanpa berhubungan seksual pun selaput dara bisa saja terkoyak. Namun untuk kasus tertentu, tes keperawanan mungkin dibutuhkan.
"Utuhnya selaput dara (hymen) harus diperiksa oleh dokter spesialis kebidanan atau bidan-ahli di klinik kebidanan melalui prosedur pemeriksaan intra-vaginal (pemeriksaan dalam). Orang awam (layman) tidak mungkin mampu melaksanakannya," tegas Dr Andri Wanananda MS, pakar seksologi dari Universitas Tarumanegara
Tidak semua wanita harus melakukan tes keperawanan, karena jika untuk menilai apakah si wanita pernah melakukan hubungan seks pranikah, maka kejujuran dan saling percaya jauh lebih tepat ketimbang melihat utuh tidaknya selaput dara.
Tes keperawanan biasanya dibutuhkan untuk kasus-kasus tertentu, seperti pada pemeriksaan kasus pemerkosaan atau syarat untuk masuk instansi atau sekolah tertentu.
Untuk tes tersebut, tentu tidak sembarangan orang boleh melakukannya. Hanya dokter spesialis kebidanan atau bidan senior yang punya wewenang dan kompetensi untuk melakukannya.
Menurut Dr Andri, tata cara tes keperawanan hampir sama dengan tes pap smear (untuk deteksi dini kanker serviks) atau posisi wanita yang akan melahirkan secara normal lewat jalan lahir (vagina).
Berikut tata cara tes keperawanan:
1. Wanita tidak sedang menstruasi
2. Wanita diminta berbaring di tempat tidur
3. Kaki ditekuk dengan posisi mengangkang (seperti tes pap smear atau posisi melahirkan)
4. Pemeriksaan dalam bisa dibantu dengan alat spekulum untuk membuka bibir vagina
5. Jika selaput dara masih utuh, maka akan terlihat selaput tipis yang menutupi dinding dan bibir vagina
6. Pemeriksaan harus dilakukan dalam kondisi rileks agar tidak merasa sakit.
"Tes keperawanan itu pemeriksaan dalam, biasanya dibantu dengan menggunakan spekulum untuk melihat apakah masih ada selaput perawannya," jelas dokter yang meraih sertifikasi seksolog dari Universitas Udayana, Bali.
Namun Dr Andri berpendapat, sangat tidak adil jika keperawanan wanita selalu dibesar-besarkan sedangkan tidak demikian dengan keperjakaan pada pria. Keperjakaan tidak bisa dibuktikan sama sekali meski si pria sudah pernah berhubungan seksual berulang kali.
"Kalau virginitas selalu dibesar-besarkan, artinya tidak ada kesetaraan gender karena keperjakaan pria tidak pernah dipermasalahkan walaupun dia sudah sering berhubungan seksual. Tanpa berhubungan seks pun kalau selaput daranya tidak elastis atau tipis, naik kuda saja bisa teriritasi dan robek. Jadi tidak selalu bisa jadi patokan," pungkas Dr Andri.
Sumber
"Utuhnya selaput dara (hymen) harus diperiksa oleh dokter spesialis kebidanan atau bidan-ahli di klinik kebidanan melalui prosedur pemeriksaan intra-vaginal (pemeriksaan dalam). Orang awam (layman) tidak mungkin mampu melaksanakannya," tegas Dr Andri Wanananda MS, pakar seksologi dari Universitas Tarumanegara
Tidak semua wanita harus melakukan tes keperawanan, karena jika untuk menilai apakah si wanita pernah melakukan hubungan seks pranikah, maka kejujuran dan saling percaya jauh lebih tepat ketimbang melihat utuh tidaknya selaput dara.
Tes keperawanan biasanya dibutuhkan untuk kasus-kasus tertentu, seperti pada pemeriksaan kasus pemerkosaan atau syarat untuk masuk instansi atau sekolah tertentu.
Untuk tes tersebut, tentu tidak sembarangan orang boleh melakukannya. Hanya dokter spesialis kebidanan atau bidan senior yang punya wewenang dan kompetensi untuk melakukannya.
Menurut Dr Andri, tata cara tes keperawanan hampir sama dengan tes pap smear (untuk deteksi dini kanker serviks) atau posisi wanita yang akan melahirkan secara normal lewat jalan lahir (vagina).
Berikut tata cara tes keperawanan:
1. Wanita tidak sedang menstruasi
2. Wanita diminta berbaring di tempat tidur
3. Kaki ditekuk dengan posisi mengangkang (seperti tes pap smear atau posisi melahirkan)
4. Pemeriksaan dalam bisa dibantu dengan alat spekulum untuk membuka bibir vagina
5. Jika selaput dara masih utuh, maka akan terlihat selaput tipis yang menutupi dinding dan bibir vagina
6. Pemeriksaan harus dilakukan dalam kondisi rileks agar tidak merasa sakit.
"Tes keperawanan itu pemeriksaan dalam, biasanya dibantu dengan menggunakan spekulum untuk melihat apakah masih ada selaput perawannya," jelas dokter yang meraih sertifikasi seksolog dari Universitas Udayana, Bali.
Namun Dr Andri berpendapat, sangat tidak adil jika keperawanan wanita selalu dibesar-besarkan sedangkan tidak demikian dengan keperjakaan pada pria. Keperjakaan tidak bisa dibuktikan sama sekali meski si pria sudah pernah berhubungan seksual berulang kali.
"Kalau virginitas selalu dibesar-besarkan, artinya tidak ada kesetaraan gender karena keperjakaan pria tidak pernah dipermasalahkan walaupun dia sudah sering berhubungan seksual. Tanpa berhubungan seks pun kalau selaput daranya tidak elastis atau tipis, naik kuda saja bisa teriritasi dan robek. Jadi tidak selalu bisa jadi patokan," pungkas Dr Andri.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung !
Silakan berkomentar dengan kata kata yang baik dan jangan spam