Virus Stuxnet yang merupakan buah karya Amerika dan Israel ternyata telah menyerang Chevron, salah perusahaan minyak dan gas terbesar asal Amerika.
Stuxnet memang dirancang agar dapat menyebar melalui Microsoft Windows, namun hanya menginfeksi perangkat dengan sistem tertentu, dalam hal ini target utamanya adalah berbagai fasilitas nuklir yang berada di Iran.
Tak disangka dan tak diduga, ternyata virus paling berbahaya itu juga tersebar di Amerika Serikat dan berhasil masuk ke dalam jaringan IT Chevron.
"Saya pikir pemerintah AS tidak menyadari seberapa jauh Stuxnet menyebar, dan apa yang telah mereka capai bisa lebih buruk dari apa yang mereka tidak ketahui," kata Mark Koelmel, General Manager of The Earth Sciences Department di Chevron.
Chevron adalah perusahaan Amerika pertama yang mengaku terjangkit virus 'penyerang nuklir' tersebut. Namun disinyalir, masih banyak perusahaan lain di Negeri Paman Sam yang punya masalah serupa. Hanya saja kebanyakan dari mereka enggan mengakui karena masalah keamanan dan gengsi.
"Kami sudah melakukan berbagai cara untuk melindungi data kami dari serangannya (stuxnet-red)," aku Koelmel
Kemunculan Stuxnet di tahun 2010 silam memang amat menghebohkan. Virus ini berhasil melumpuhkan ribuan komputer di Arab Saudi dan nyaris meluncurkan nuklir dari salah satu fasilitas di Iran. Kini, virus tersebut kembali menghebohkan karena mulai beraksi di 'tanah kelahirannya'
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung !
Silakan berkomentar dengan kata kata yang baik dan jangan spam