Danau Nyos , Danau Yang Memakan 1800 Jiwa - Jendela Dunia
Headlines News :
Home » » Danau Nyos , Danau Yang Memakan 1800 Jiwa

Danau Nyos , Danau Yang Memakan 1800 Jiwa

Written By radde on 05 Juni, 2011 | 18.36

Danau Nyos, danau luas
yang terdapat di kawasan
Kamerun, Afrika Barat.
Kedalaman danau ini
mencapai 157 m dengan
bagian terdalamnya 208 meter. Ada banyak penduduk
yang tinggal dilembah di
sekeliling danau Nyos.

Namun, pada tahun 1986,
terjadi keanehan di
pemukiman penduduk itu.
Sekitar 1700 orang
meninggal secara mendadak
dan bersamaan. Yang lebih anehnya, semua penduduk
yang meninggal itu tewas
dalam posisi ketika sedang
melakukan pekerjaan sehari-
hari.

Ada yang tewas sambil
memompa air, sedang
memasak dan ada juga yang
tewas ketika sedang
meminum segelas air.
Beberapa orang yang selamat dari peristiwa itu
menceritakan apa yang
terjadi pada hari orang-
orang tersebut meninggal.

Katanya, pada malam
sebelum kejadian itu, udara
tiba-tiba terasa hangat dan
tercium bau seperti telur
busuk. Masyarakat tidak
terlalu memperdulikan kejadian itu. Dan tiba-tiba
keesokan paginya, banyak
mayat yang bergelimpangan
ketika mulai sibuk dengan
aktivitas harian mereka.

Tidak ada yang tahu pasti
apa yang menjadi penyebab
kematian yang aneh itu.
Namun para ahli menemukan,
kalau warna air Danau Nyos
berubah dari bening menjadi warna oranye terang.

Untuk mencari jawaban, para
ahli kemudian meneliti Danau
Craten di Oregon. Danau ini
adalah danau terluas nomor
tujuh di dunia. Luasnya
mencapai 50 km persegi dengan kedalaman 594
meter. Sehingga
digambarkan kalau Empire
State dimasukkan ke danau
ini, pasti akan tenggelam.

Danau Craten menampung
sekitar 19 triliun liter air.
Sekitar 7700 tahun yang
lalu, Gunung Mazame di
tempat itu meletus dan
melemparkan puncak gunungnya. Kawah inilah
yang kemudian membentuk
Danau Craten.

Namun, ternyata aktivitas
gunung Mazame masih tetap
mempengaruhi danau
tersebut. Karena dibawah
danau ternyata masih
terdapat kolam-kolam bekas magma yang masih tetap
panas.

Para ahli menemukan bahwa
suhu air di dasar danau lebih
hangat beberapa derajat,
kadar garamnya juga sepuluh
kali lebih pekat dan
mengandung banyak CO2. Lalu CO2 ini kemudian
merembes dari celah-celah
kerak bumi dan menuju ke
kawah yang kini telah
menjadi danau.

Namun, keberadaan air telah
menghalangi CO2 itu naik ke
udara. Kalaupun ada sedikit
yang terlepas, masih bisa
hilang terbawa hembusan
angin. Sehingga tidak terlalu membahayakan.

Proses pergantian musim
juga sangat mempengaruhi.
Pada musim dingin,
perputaran air akan
terdorong ke bawah karena
suhu dibawah lebih hangat. Sebaliknya pada musim
panas, perputaran air akan
naik ke atas.

Siklus inilah yang kemudian
membuat munculnya lapisan-
lapisan air yang berbeda
kadar kepadatannya.
Lapisan air yang paling
bawah lebih pekat daripada yang diatas. Di lapisan air
yang paling bawah inilah CO2
yang mengalir dari dasar
bumi itu tertahan.

CO2 tidak bisa naik lebih
tinggi karena perbedaan
kepekatan air di lapisan
atasnya. Sehingga
berkumpul dan terakumulasi
selama puluhan tahun dan menjadi sangat banyak di
lapisan air yang paling
bawah.

Fenomena ini kemudian
ditemukan juga pada Danau
Horseshoe yang berukuran
lebih kecil dari Danau Craten.
Pohon-pohon yang tumbuh di
sekitar danau itu mengering dan akhirnya mati.

Setelah diselidiki, ternyata
kadar CO2 di danau ini
mencapai 100 ton/hari dan
meresap ke tanah. Inilah
yang membuat pohon-pohon
di sekitarnya mati. Para ahli kemudian melakukan
percobaan dengan menggali
sedikit tanah di tepi danau
itu lalu mencoba menyalakan
api.

Namun, akibat pekatnya
kadar CO2 nya, api langsung
padam begitu didekatkan
dengan tanah. Ternyata
akumulasi CO2 yang sudah
sangat banyak di danau itu akhirnya meluap dan
menyebabkan danau itu
menjadi sangat berbahaya.

Namun, kadar CO2 di Danau
Horseshoe tidak terlalu
membahayakan manusia,
karena batas kadar yang
membahayakan adalah 1,75
juta ton. Dan ini hanya akan terjadi pada peristiwa
gunung meletus.

Penemuan-penemuan inilah
yang kemudian membantu
para ahli untuk bisa
menyimpulkan apa yang
terjadi di Danau Nyos. Malam
hari sebelum peristiwa itu, ada sebuah tebing di tepian
danau, runtuh dan masuk ke
air.

Diperkirakan reruntuhan
tebing ini telah
menggoncang lapisan-lapisan
air. Sehingga lapisan paling
dasar yang dipenuhi dengan
CO2 menjadi pecah dan mengalirkan CO2 dalam
jumlah besar ke permukaan
danau.

Keesokan paginya aliran
CO2 ini kemudian memasuki
wilayah pemukiman penduduk.
Dan karena CO2 tidak
berwarna dan tidak berbau,
penduduk tidak menyadari kedatangannya. Itulah yang
menyebabkan banyak
penduduk yang tewas ketika
sedang mengerjakan
kegiatan hariannya.

CO2 ini seperti pembunuh
yang mengintai diam-diam.
Mungkin hanya segelintir
orang saja yang menyadari
adanya bahaya tak kasat
mata yang terdapat di dasar danau yang terlihat
sangat indah di
permukaannya itu.

Tanpa mereka sadari,
mereka elah menghirup CO2
yang berasal dari lapisan
paling dasar danau, yang
telah terakumulasi selama
puluhan tahun. Dan banyak sekali orang yang meninggal
karena itu.
Sumber

Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung !
Silakan berkomentar dengan kata kata yang baik dan jangan spam

 
Contact Us : Disclaimer | Advertise With Us
Copyright © 2013 Jendela Dunia - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger