Calon presiden Prabowo Subianto menyebutkan bahwa Indonesia setiap tahunnya kehilangan kekayaan negara Rp 7.200 triliun. Angka ini kemudian menimbulkan polemik.
Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono menilai, angka tersebut tidak masuk akal jika melihat sejumlah indikator ekonomi.
"It doesn't make sense. APBN kita saja tahun ini Rp 1.840 triliun. Even dibandingkan GDP (gross domestic product/produk domestik bruto) yang Rp 9.400 triliun, angka kebocoran Rp 7.200 triliun itu tidak bisa saya pahami," kata Tony dalam Seminar Nasional Perbankan di Plaza Simas, Jakarta, Senin (16/6/2014).
Oleh karena itu, Tony sulit mempercayai klaim Prabowo tersebut. "Maaf, ekonomi itu sangat dekat dengan angka-angka. Kalau angkanya nggak masuk akal ya jangan dipercaya," tegasnya.
Untuk mengoptimalkan penerimaan negara, lanjut Tony, lebih baik tidak banyak berharap pada hal-hal yang belum pasti. Ada langkah yang lebih nyata seperti pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM).
"Mau tidak mau subsidi BBM harus dikurangi. Orang punya mobil sama punya motor BBM nya sama itu nggak adil. Daripada diukur berdasarkan dari kapasitas mesin, lebih baik dipisahkan BBM-nya," katanya.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung !
Silakan berkomentar dengan kata kata yang baik dan jangan spam