Pengidap HIV-AIDS selalu mendapatkan stigma negatif di mata masyarakat. Padahal banyak orang-orang tak berdosa yang akhirnya menjadi korban 'keganasan' HIV, seperti 150 bayi mungil yang baru terlahir di dunia.
Masyarakat cenderung menganggap HIV dan AIDS hanya dialami oleh perempuan penjaja seks, padahal saat ini telah banyak perempuan yang tidak melakukan perilaku berisiko, namun terinfeksi dari pasangan tetapnya (suami) dan hal ini berdampak pada anak.
"Ada 150 bayi yang tak berdosa lahir dengan infeksi HIV, maka kita yang berdosa. Tidak boleh ada satu pun bayi tak berdosa yang lahir dengan HIV, apalagi meninggal karena AIDS," jelas Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, dalam acara temu media Pekan Kondom Nasional 2012 di Balai Kartini, Jakarta
Menurut Menkes, bila bayi terlahir dengan infeksi HIV maka kecil kemungkinannya bertahan hidup hingga usia 5 tahun. Artinya, angka kematian bayi (AKB) pun meningkat.
Bayi-bayi yang lahir dengan HIV sebagian besar lahir dari ibu rumah tangga yang positif HIV, yang tertular dari suami tetapnya sendiri.
Semakin tahun jumlah ibu rumah tangga dan bayi-bayi tak berdosa yang positif HIV memang semakin meningkat. Penyebabnya adalah pria-pria 'nakal' yang dengan sengaja pembeli jasa seks.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada kelompok pria berperilaku seks risiko tinggi, angkanya naik dari 0,1 persen di tahun 2007 menjadi 0,7 persen di tahun 2011 atau mengalami peningkatan 7 kali lipat. Ini artinya akan mengancam jutaan ibu rumah tangga dan anak-anak yang tak berdosa.
Menkes mengatakan, untuk mengurangi jumlah bayi yang lahir dengan HIV, ada cara yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Calon orang tua jangan terinfeksi HIV
2. Kalau seorang ibu sudah terinfeksi HIV maka harus segera diberi obat anti retrovital (ARV) agar bayinya tidak ikut terinfeksi.
"Tidak boleh ada satu pun bayi yang terlahir dengan infeksi HIV," tegas Menkes.
Sumber
Masyarakat cenderung menganggap HIV dan AIDS hanya dialami oleh perempuan penjaja seks, padahal saat ini telah banyak perempuan yang tidak melakukan perilaku berisiko, namun terinfeksi dari pasangan tetapnya (suami) dan hal ini berdampak pada anak.
"Ada 150 bayi yang tak berdosa lahir dengan infeksi HIV, maka kita yang berdosa. Tidak boleh ada satu pun bayi tak berdosa yang lahir dengan HIV, apalagi meninggal karena AIDS," jelas Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, dalam acara temu media Pekan Kondom Nasional 2012 di Balai Kartini, Jakarta
Menurut Menkes, bila bayi terlahir dengan infeksi HIV maka kecil kemungkinannya bertahan hidup hingga usia 5 tahun. Artinya, angka kematian bayi (AKB) pun meningkat.
Bayi-bayi yang lahir dengan HIV sebagian besar lahir dari ibu rumah tangga yang positif HIV, yang tertular dari suami tetapnya sendiri.
Semakin tahun jumlah ibu rumah tangga dan bayi-bayi tak berdosa yang positif HIV memang semakin meningkat. Penyebabnya adalah pria-pria 'nakal' yang dengan sengaja pembeli jasa seks.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada kelompok pria berperilaku seks risiko tinggi, angkanya naik dari 0,1 persen di tahun 2007 menjadi 0,7 persen di tahun 2011 atau mengalami peningkatan 7 kali lipat. Ini artinya akan mengancam jutaan ibu rumah tangga dan anak-anak yang tak berdosa.
Menkes mengatakan, untuk mengurangi jumlah bayi yang lahir dengan HIV, ada cara yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Calon orang tua jangan terinfeksi HIV
2. Kalau seorang ibu sudah terinfeksi HIV maka harus segera diberi obat anti retrovital (ARV) agar bayinya tidak ikut terinfeksi.
"Tidak boleh ada satu pun bayi yang terlahir dengan infeksi HIV," tegas Menkes.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung !
Silakan berkomentar dengan kata kata yang baik dan jangan spam