Filosopi Dari Penyajian Nasi Tumpeng - Jendela Dunia
Headlines News :
Home » » Filosopi Dari Penyajian Nasi Tumpeng

Filosopi Dari Penyajian Nasi Tumpeng

Written By radde on 24 April, 2011 | 06.17

Tumpeng merupakan sajian nasi
kerucut dengan aneka lauk pauk yang ditempatkan dalam tampah (nampan
besar, bulat, dari anyaman bambu).
Tumpeng merupakan tradisi sajian
yang digunakan dalam upacara, baik yang sifatnya kesedihan maupun
gembira.

Tumpeng dalam ritual Jawa jenisnya
ada bermacam-macam, antara lain :
tumpeng sangga langit, Arga
Dumilah, Tumpeng Megono dan
Tumpeng Robyong.

Tumpeng sarat dengan simbol
mengenai ajaran makna hidup.
Tumpeng Robyong sering dipakai
sebagai sarana upacara Slametan
(Tasyakuran). Tumpeng Robyong
merupakan simbol keselamatan, kesuburan dan kesejahteraan.

Tumpeng yang menyerupai Gunung
menggambarkan kemakmuran sejati.
Air yang mengalir dari gunung akan
menghidupi tumbuh-tumbuhan.
Tumbuhan yang dibentuk Robyong
disebut semi atau semen, yang berarti hidup dan tumbuh berkembang.

Pada jaman dahulu, tumpeng selalu
disajikan dari nasi putih. Nasi putih
dan lauk-pauk dalam tumpeng juga
mempunyai arti simbolik.

Nasi putih

Berbentuk gunungan atau kerucut
yang melambangkan tangan merapat
menyembah kepada Tuhan. Juga,
nasi putih melambangkan segala
sesuatu yang kita makan, menjadi
darah dan daging haruslah dipilih dari sumber yang bersih atau halal.

Bentuk gunungan ini juga bisa
diartikan sebagai harapan agar
kesejahteraan hidup kita pun semakin
"naik" dan "tinggi".

Ayam: ayam jago (jantan)

Dimasak utuh dengan bumbu kuning/
kunir dan diberi areh (kaldu santan
yang kental), merupakan simbol
menyembah Tuhan dengan khusuk
(manekung) dengan hati yang tenang
(wening). Ketenangan hati dicapai dengan mengendalikan diri dan sabar
(nge"reh" rasa).

Menyembelih ayam jago juga
mempunyai makna menghindari sifat-
sifat buruk yang dilambangkan oleh
ayam jago, antara lain: sombong,
congkak, kalau berbicara selalu
menyela dan merasa tahu/menang/ benar sendiri (berkokok), tidak setia
dan tidak perhatian kepada anak istri.

Ikan Lele

Dahulu lauk ikan yang digunakan
adalah ikan lele bukan bandeng atau
gurami atau lainnya. Ikan lele tahan
hidup di air yang tidak mengalir dan di
dasar sungai. Hal tersebut
merupakan simbol ketabahan, keuletan dalam hidup dan sanggup
hidup dalam situasi ekonomi yang
paling bawah sekalipun.

Ikan Teri / Gereh Pethek

Ikan teri/gereh pethek dapat
digoreng dengan tepung atau tanpa
tepung. Ikan Teri dan Ikan
Pethek hidup di laut dan selalu
bergerombol yang menyimbolkan
kebersamaan dan kerukunan.

Telur

Telur direbus pindang, bukan didadar
atau mata sapi, dan disajikan utuh
dengan kulitnya, jadi tidak dipotong,
sehingga untuk memakannya harus
dikupas terlebih dahulu.

Hal tersebut melambangkan bahwa
semua tindakan kita harus
direncanakan (dikupas), dikerjakan
sesuai rencana dan dievaluasi hasilnya
demi kesempurnaan.

Piwulang jawa mengajarkan "Tata, Titi, Titis dan Tatas ", yang berarti etos kerja yang baik adalah kerja
yang terencana, teliti, tepat
perhitungan,dan diselesaikan dengan
tuntas.

Telur juga melambangkan manusia
diciptakan Tuhan dengan derajat
(fitrah) yang sama, yang
membedakan hanyalah ketakwaan
dan tingkah lakunya.

Sayuran dan Urab-uraban

Sayuran yang digunakan antara lain
kangkung, bayam, kacang panjang,
taoge, kluwih dengan bumbu sambal
parutan kelapa atau urap. Sayuran-
sayuran tersebut juga mengandung
simbol-simbol antara lain:

1. Kangkung berarti jinangkung yang
berarti melindung, tercapai. 2. Bayam (bayem) berarti ayem
tentrem, 3. Taoge/cambah yang berarti tumbuh, 4. Kacang panjang berarti pemikiran
yang jauh ke depan/inovatif, 5. Brambang (bawang merah) yang
melambangkan mempertimbangkan
segala sesuatu dengan matang baik
buruknya, 6. Cabe merah diujung tumpeng
merupakan symbol dilah/api yang
meberikan penerangan/tauladan yang
bermanfaat bagi orang lain. 7. Kluwih berarti linuwih atau
mempunyai kelebihan dibanding
lainnya. 8. Bumbu urap berarti urip/hidup atau
mampu menghidupi (menafkahi)
keluarga.

Pada jaman dahulu, sesepuh yang
memimpin doa selamatan biasanya
akan menguraikan terlebih dahulu
makna yang terkandung dalam sajian
tumpeng. Dengan demikian para
hadirin yang datang tahu akan makna tumpeng dan memperoleh
wedaran yang berupa ajaran hidup
serta nasehat.

Dalam selamatan, nasi tumpeng
kemudian dipotong dan diserahkan
untuk orang tua atau yang "dituakan " sebagai penghormatan.

Setelah itu, nasi tumpeng disantap
bersama-sama. Upacara potong
tumpeng ini melambangkan rasa
syukur kepada Tuhan dan sekaligus
ungkapan atau ajaran hidup
mengenai kebersamaan dan kerukunan.

Ada sesanti jawi yang tidak asing
bagi kita yaitu: "Mangan ora mangan
waton kumpul (makan tidak makan
yang penting kumpul)." Hal ini tidak
berarti meski serba kekurangan yang
penting tetap berkumpul dengan sanak saudara.

Pengertian sesanti tersebut yang
seharusnya adalah mengutamakan
semangat kebersamaan dalam rumah
tangga, perlindungan orang tua
terhadap anak-anaknya, dan
kecintaan kepada keluarga.

Dimana pun orang berada, meski
harus merantau, haruslah tetap
mengingat kepada keluarganya dan
menjaga tali silaturahmi dengan sanak
saudaranya.

Sumber : haxims.blogspot.com

Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung !
Silakan berkomentar dengan kata kata yang baik dan jangan spam

 
Contact Us : Disclaimer | Advertise With Us
Copyright © 2013 Jendela Dunia - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger